Sunday 4 March 2012

Budidaya Padi dengan Metode SRI: System of Rice Intensification untuk Pertanian yang Berkelanjutan

Reviw Kuliah Umum Proteksi Tanaman

Gedung Kuliah-A dept. Proteksi Tanaman Faperta IPB,
Sabtu 3 Maret 2012
Bersama Dr. Ir. Widodo, M.Si








Assalamualikum wr wb
"hei anak-anak pertanian ada yang kenal SRI??"
"SRI??..ibu-ibu yang jaga kantin ya??"
"gubraks,,bukan itu tapi System of Rice Intensification,,yaitu salah satu teknik budidaya padi yang menggunakan prinsip LEISA (apan lagi tuh..???),, Low External Input Sustainable Agriculture,,walah-walah opo maneh kuwi??

LEISA itu prinsipnya meminimalkan input produksi (padi) dariluar seperti pupuk organik,pestisida,dan bahan bahan tambahan lain dan mengoptimalkan input dari dalam,,dengan prinsip memutar hara.

di awal kuliah umum pembicara mejelaskan mengenai segala macam bentuk siklus hara yang menggambarkan bahwa segala sesuatu yang dibutuhkan oleh suatu tanaman untuk tumbuh telah tersedia di alam, hanya saja masih kurang di eksplor lebih jauh lagi dan saat ini banyak petani yang masih sangat tergantung pada input dari luar, seperti pupuk kimia sintetis, pestisida sintetik dan lain sebagainya.

Budidaya padi organik metode SRI mengutamakan potensi lokal dan disebut pertanian ramah lingkungan, akan sangat mendukung terhadap pemulihan kesehatan tanah dan kesehatan pengguna produknya. Metode SRI ini pada dasarnya adalah turunan dari Pertanian organik pada prinsipnya menitik beratkan prinsip daur ulang hara melalui panen dengan cara mengembalikan sebagian biomasa ke dalam tanah, dan konservasi air, mampu memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional.

SRI adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%. Sebagaimana di contohkan oleh Dr Widodo bahwa petani zaman dahulu sangat sedikit menafaatkan input dari luar segala kebutuhan dipenuhi senderi termasuk pupuk, zaman dahulu selain punya tanaman baik padi maupun sayuran pasti juga punya Ternak, beliupun mengutip suatu statement yang sangat menarik..


"Akhir dari Pertanian adalah Awal dari Peternakan,,dan Akhir dari Peternakan adalah Awal dari Pertanian"

maksud dari pernyataan tersebut adalah:
akhir dari pertanian yaitu sisa tanaman,,miasalnya jerami menjadi pakan bagi ternak baik itu kambing atau sapi yang menjadi awal kehidupan ternak.dan
akhir dari peternakan yaitu sisa/kotoran ternak menjadi pupuk kandang yang merupakan pupuk organik yang baik bagi awal pertanaman. 

Metode SRI ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun 1983 -84 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana. Oleh penemunya, metododologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan Ie Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI.

Tahun 1990 dibentuk Association Tefy Saina (ATS), sebuah LSM Malagasy untuk memperkenalkan SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institution for Food, Agriculture and Development (CIIFAD), mulai bekerja sama dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana National Park di Madagaskar Timur, didukung oleh US Agency for International Development. SRI telah diuji di Cina, India, Indonesia, Filipina, Sri Langka, dan Bangladesh dengan hasil yang positif.

SRI menjadi terkenal di dunia melalui upaya dari Norman Uphoff (Director CIIFAD). Pada tahun 1987, Uphoff mengadakan presentase SRI di Indonesia yang merupakan kesempatan pertama SRI dilaksanakan di luar Madagaskar Hasil metode SRI sangat memuaskan. Di Madagaskar, pada beberapa tanah tak subur yang produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh 10 – 15 ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha.

Metode SRI minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai petani. Hanya saja diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemauan untuk bereksperimen. Dalam SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, bukan diperlakukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi. Semua unsur potensi dalam

Jika sebelumnya dengan cara Konvensional benih dibutuhkan 30 kg/ha, kini dengan pola SRI cukup 7 kg/ha. Apabila cara dengan konvensional sekali tanam bisa 4-6 anakan hasil semaian,, tapi dengan metiode SRI padi hasil semaian ditanam di sawah dengan biji tunggal (satu biji benih) saat usia benih karang lebih baru 14 hari sehingga belum terlalu berkompetisi di persemaian,,padi ditanam dengan jarak 30 cm x 30 cm.

Kondisi air di sawah macak-macak (tidak tergenang seperti cara Konvensional), lalu penyiangan dilakukan empat kali, pemberian pupuk alami hingga enam kali, pengendalian hama terpadu, dan masa panen saat usia 100 hari atau lebih cepat 15 hari dengan pola biasa. 

ilustrasi metode SRI dengan cara tanam Legowo

Prinsip-prinsip budidaya padi organik metode SRI 
  1. Tanaman bibit muda berusia kurang lebih 14 hari setelah semai (hss) ketika bibit masih berdaun 2-4 helai
  2. Bibit ditanam satu pohon perlubang dengan jarak 30 x 30, 35 x 35 atau lebih jarang
  3. Pindah tanam harus sesegera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus hati-hati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal
  4. Pemberian air maksimal 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu dikeringkan sampai pecah (Irigasi berselang/terputus)
  5. Penyiangan sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari
  6. Sedapat mungkin menggunakan pupuk organik (kompos atau pupuk hijau) 
 menurut Bp Dr. Ir Widodo prinsip dari metode SRI ini adalah 

"Bagamana kita dapat memutar energi,
sehingga tidak banyak yang berubah bentuk menjadi tidak berguna atau berpindah tempat sehingga energi dari dalam dapat dimanfaatkan secara efektif"
  
Keunggulan metode SRI 
  1. Tanaman hemat air, Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen memberikan air max 2 cm, paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak ( Irigasi terputus)
  2. Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg/ha. Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit, tidak memerlukan biaya pindah bibit, tenaga tanam kurang dll.
  3. Hemat waktu, ditanam bibit muda 5 - 12 hss, dan waktu panen akan lebih awal
  4. Produksi meningkat, di beberapa tempat mencapai 11 ton/ha
  5. Ramah lingkungan, tidak menggunaan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan pupuk  organik (kompos, kandang dan Mikro-oragisme Lokal), begitu juga penggunaanpestisida.
kuliah umum tentang cara bertanam padi dengan metode System of Rice Intensification ini diakhiri dengan sesi tanya jawab dan beberapa pertanyaan mengarah mengenai cara (teknis) dari penerapan metode ini,,berhubung terlalu panjang jika diuraikan disini,,makan bagi yang tertarik dengan cara bercocok tanam ini dapat mengunduh teknik SRI disini

disamping menanyakan maslah teknis adapula peserta dari departemen Teknologi Industri Pertanian yang menanyakan mengenai kelemahan dari metode SRI ini karena dari tadi yang dibahas hanya kelebiahnnya saja,,dan Bp Widodo [un menjelsakan salah satu kelemahannya adalah

"Metode SRI ini tidak akan dapat berjalan atau terlaksana dengan baik dalam kondisi lahan yang sistem pengairannya sulit untuk diatur"

sedangkan untuk maslah sosial yaitu bagaimana mensosialisasiknnya pun telah dijelaskan oleh Bp Widodo bahwa tidak ada paksaan dalam mengikuti ini, cukup ada yang mau memulai dan mencoba maka yang yang lain akan melihat dan mengikutinya..

sedangkan untuk serangan OPT dengan metode ini tentu saja dapat mngurangi, karena sistem ini adalah seperti simulasi di zaman kita belum mngenal barang-barang kimia sintetik sehingga segala kebutuhan tanaman dipenuhi dari dalam misal untuk memenuhi kebutuhan hara Kalium (K) dengan menggunkan sisa dari jerami. misalkan untuk penyakit BLAST (Pyricularia oryzae), biasa terjadi karena kadar Kalium dan Silikat yang rendah, cara meningkatkannya dengan pembenaman jerami dan pemberian sekam dapat meningkatkan kadar K dan silikat sehingga dapat menurunkan kemungkinan terserang Blast..

dan dengan selesainya sesi tanya jawab maka kuliah umum pun diakhiri..

demikian review dari Kuliah Umum "Budidaya Padi dengan Metode SRI: System of Rice Intensification untuk Pertanian yang Berkenjutan" semoga dapat bermanfaat bagi yang menbacanya..

wassalamualikum


-rp PTN45-

4 comments:

  1. wow, ini diketik sendiri atau udah ada soft filenya? great rp!!

    ReplyDelete
  2. berdasarkan catetan aku selama kuliah kemarin sama sedikit mengutip refrensi yang relevan dengan kuliah umum kemarin..:)
    makasih kakak..:)

    ReplyDelete
  3. terimakasih kakak.. atas sharing tentang kuliah umum nyaa.. :)

    ReplyDelete
  4. @kiki: iya sama-sama,,sekedar berbagi buat temen2 ptn yang kemarin berhalangan untuk hadir semoga bermanfaat..:)

    jgn lupa followback ya..:)

    ReplyDelete

Alangkah lebih bijaksana untuk menyambung silaturahim dipersilahkan meninggalkan jejak berupa komentar,,,terimakasih..^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sahabat EPICENTRUM