Thursday 17 October 2013

Mencintai Laksana EIdelweis


Jutaan gemintang sesaat mulai kembali ke pelukan alam..
Mentari pagi pun perlahan mulai datang menggantikan malam..
Kuarangkai butiran kata cinta ini untukmu sayang..
Tepat di antara rimbunnya hamparan Anaphalis javanica 
di pelukan kabut Alun-alun Suryakencana. 

Ku ingin kau tahu sayang, 
Bahwa cintaku. Laksana bunga edelweis
Sang bunga abadi, tumbuh di puncak-puncak gunung yang sulit terdaki. 
Begitupun cinta kita yang penuh perjuangan dan pengorbanan demi merengkuh bahagia bersama.

Ku ingin kau tahu sayang, 
Bahwa cintaku. Laksana bunga edelweis
Sang Anaphalis javanica yang putih, halus, dan lembut, 
Begitupun cinta kita yang suci lagi tulus.

Ku ingin kau tahu sayang, 
Bahwa cintaku. Laksana bunga edelweis, 
Sebuah simbol keabadian 
yang tiada pernah layu meski jatuh dan terberai dari tangkainya, 
Begitupun cinta kita yang abadi dan tiada pernah mati.

Aku tahu sayang, Cintaku. 
Meski kau tak berucap namun terbesit hasrat di hatimu 
Ingin rasanya kau menggenggam setangkai bunga abadi perlambang cinta ini. 
Seperti sekian sahabat perempuanmu yang mendapatkan bunga edelweis, 
Sang Anaphalis javanica sebagai kado cinta dari kekasih-kekasihnya.

Namun, 
cukup sehelai kertas ini saja yang kupersembahkan kepadamu. 
Janganlah Engkau kecewa, kekasih. 
Janganlah engkau bersedih, cinta

Meskipun tanpa setangkai bunga edelweis menyertainya 
namun sekali lagi kubisikkan kepadamu;
kutulis surat cinta ini untukmu sayang, 
Tepat di antara rimbunnya hamparan bunga Edelweis 
Di Alun-alun Suryakencana. Di kaki gunung Gede Pangrango.

Aku yakin kamu paham. 
Aku tau kau percaya
Aku tidak akan tega merenggut setangkaipun
Tak ingin tangan hina ini memetiknya 
Bukankah kitapun tidak ingin cinta kita sirna dan punah ditelan keegoan diri?.

Namun ku percaya bahwa di dalam dada ini,
ada hati yang lebih abadi ketimbang bunga edelweis
Dan semua itu hanya untuk dirimu.

Alun-alun Suryakencana, di antara hamparan bunga edelweis.

Aku yang abadi mencintamu.

Alun-Alun Surya Kencana
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango






disadur dari sini

19 comments:

  1. Puisinya "cantik" seperti bunga Eidelweis ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. eidelweis emang cantik dan selalu membuat rindu untuk bertemu :))

      Delete
  2. puisimu anu ya, ituuuu, gak terikat dengan sajak a-b-a-b :D
    bebas~

    btw, kayaknya semua orang lu panggil kaka yaaa -__- kirain kamu masih sekolah
    ternyata sama aja masih kuliah ._. aku baru smt 1 loooo

    ReplyDelete
  3. haduuuh habis bingung sapaan apa yg universal,,ntar klo mbak di bilng mbak2,atau teteh?,jd binguung..
    klo "kakaak" rasanya lebih universal ajah,hehe :p

    ReplyDelete
  4. oh itu yang namanya bunga edelwis??? wkwkw baru tau :D
    hen piaoliang :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa,,thats the eternity flower,,bunga abadi dari puncak tertinggi :))
      Ni hao Idep :))

      Delete
  5. yaampun so sweet banget :')
    mencintai layaknya bunya eidelweis, sang bunga abadi~

    ReplyDelete
    Replies
    1. sebuah simbol keabadian,,bukan mawar merah sebagai tanda cinta,,tp eidelweis yang menjadi perlambang keabadian cinta :))

      Delete
  6. Aduhh kata-katanya gak nahan, begitu indah merasuk ke jiwa :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. waah makasih yaaa,,ya begitulah anak PA,,bisa romantis saat jatu cinta dengan alam :D

      Delete
  7. cieee... prikitiwww... fiuutfiuuuu... :p

    ReplyDelete
  8. aiiihhh so sweet,,

    lelaki pecinta alam, pecinta wanita, sejati...

    pasti ceweknya seneng banget niiihhh

    ReplyDelete

Alangkah lebih bijaksana untuk menyambung silaturahim dipersilahkan meninggalkan jejak berupa komentar,,,terimakasih..^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sahabat EPICENTRUM