Thursday 27 December 2012

HITAM PUTIH GARUDA WISNU KENCANA


Tugas Kuliah Mata Kuliah Rekreasi Alam dan Ekowisata

Nama/NRP                                 : Rizki Pradana/A34080057
Departemen                               : Proteksi Tanaman
Dosen Mata Kuliah                    : Eva Rachmawati, S. Hut, M. Si




Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan gugusan pulaunya yang begitu menawan, Indonesia menyuguhkan eksotisme yang tidak dapat kita jumpai di belahan bumi lain. Dan salah satu dari ribuan pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang memiliki keistimewaan tersendiri baik bagi bangsa Indonesia dan juga bagi dunia internasional adalah pulau Bali. Sebuah pulau yang sangat indah dan terletak diantara Pulau Jawa dan Lombok. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu yang taat. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya, khususnya bagi para wisatawan Mancanegara

            Pulau Bali juga dikenal dengan sebutan “Pulau Dewata” (God Island atau Paradise Island). Tidak heran jika pulau yang berada di sebagian gugusan kepulauan Sunda kecil ini mendapat julukan sebagai Paradise Island, karena pulau ini memang tercipta dengan sangat indahnya bahkan dunia pun lebih mengenalnya dibandingkan dengan nama Indonesia sendiri. Bali memang senantiasa memberikan daya magis yang berbeda setiap kali kita mengunjunginya, baik lama ataupun sebentar waktu kunjungan kita, senyum yang mengembang senantiasa terlihat pada saat kita mulai meninggalkan pulau dewata. sebuah kepuasan atas keindahan surga.

Ada banyak tempat wisata di seluruh dunia tetapi Pulau Bali dapat dikatakan telah menjadi salah satu tempat wisata yang terbaik di Indonesia bahkan dunia. Bali dapat dikatakan sebagai kawasan wisata terbaik di dunia karena Pulau Bali hampir memenuhi semua persyaratan yang dibutuhkan sebagai tempat wisata dunia, hal yang sulit dipenuhi oleh kawasan wisata lain. Kuta, Sanur, Nusa Dua, Bedugul, Ubud, Sukawati, Lovina, dan lain lain merupakan beberapa tempat wisata yang terkenal di Bali.
     Bali tidak hanya termahsyur dengan keindahan objek wisata dan pantainya yang sangat menawan. Ada unsur kecantikan lain dari Pulau Dewata ini yakni kebudayaan dan kepercayaannya yang kental dan mengakar di dalam kehidupan masyarakat Bali. Sebutan sebagai Pulau Dewata pun, tidak tersemat begitu saja pada pulau yang terletak diantara Pulau Jawa dan Lombok ini. Karena kebudayaan hindu yang sangat mengakar di pulau ini tak heran jika masyarakat hindu Bali memiliki kepercayaan kuat akan keberadaan dewa-dewa yang akhirnya menjadikan pulau ini disebut pulaunya para dewa (Pulau Dewata).

Sangat banyak dewa yang dikenal oleh kepercayaan Hindu dari Dewa Brahmana, Dewa Syiwa hingga Dewa Wisnu. Dalam ajaran agama Hindu Dewa Wisnu, adalah Dewa yang bergelar sebagai shtiti (pemelihara) yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahmana. Dalam menjalankan tugasnya Dewa Wisnu memiliki tunggangan yang sangat gagah perkasa yang juga menjadi symbol dari bangsa Indonesia yaitu Burung Garuda


      Garuda wisnu Kencana, adalah salah satu perwujudan Dewa Wisnu yang sedang menunggangi garuda sebagai kendaraannya dan berwarna keemasan. Perwujudan yang sangat luar biasa ini telah menginspirasi Nyoman Nuarta, seorang dosen di ITB Bandung menuangkan idenya untuk membuat sebuah taman budaya (culture park) dengan sebuah patung raksasa didalamnya, patung tersebut adalah patung “Garuda Wisnu Kencana”. Patung ini rencananya memiliki ketinggian 146 meter dan merupakan patung tertinggi di dunia lebih tinggi dari liberty statue. Hanya saja saat ini yg baru jadi hanyalah patung dewa Wisnu setengah badan tanpa tangan (22 meter), patung kepala garuda, dan kedua lengan Dewa Wisnu yang masih terpisah.

Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park memang menjadi suatu proyek yang dapat dikatakan sangat fenomenal dan prestisius, baik dari segi jumlah biaya, ukuran, dan nilai seni yang tinggi sehingga walaupun penyelesaian pembangunannya terasa lambat akan tetapi telah menjadi daya tarik tersendiri yang mampu menghadirkan pengunjung dari berbagai belahan dunia. Keberadaan GWK Cultural Park menyulap tanah disekitar kawasan GWK yang semula perbukitan tandus, gersang dan tidak diminati menjadi tanah yang bernilai tinggi yang sangat drastis, apalagi di dukung dengan views yang mampu mengikat tata ruang dengan jarak pandang sampai dengan 20 km hingga bisa memandang bandara ngurah rai.


Pada masa perencanaan dan awal pembangunan GWK ini tentu tidaklah mudah, banyak hambatan yang harus dihadapi. Dimulai dari kurang mampunya dalam meyakinkan seluruh atau sebagian besar masyarakat Bali dalam perspektif spiritual. Karena pendirian patung Dewa Wisnu yang menunggang Garuda yang terletak di selatan, di kaki Bali, telah memantik reaksi publik di Bali. Ada yang menyebutnya pas, namun tak sedikit yang menyatakannya tidak pantas.

Meskipun cukup banyak pro dan kontra pada awalnya, pada saat ini keberadaan kawasan wisata Garuda Wisnu Kencana jelas memberikan banyak dampak positif bagi masyarakat Bali, khususnya untuk masyarakat yang berada di sekitar kawasan wisata ini. Kehadiran para wisatawan baik lokal maupun mancanegara tentu saja merupakan peluang usaha yang harus dimanfaatkan. Penjualan souvenir, kerajinan khas Bali, pernak-pernik, dan segala bentuk pertunjukan kesenian merupakan bukti bahwa masyarakat Bali masih konsisten untuk melestarikan seni dan budaya Bali yang telah diwariskan oleh leluhur masyarakat Bali itu sendiri. Dan Garuda Wisnu Kencana Cultural Park akan menjadi satu-satunya tempat dimana budaya, tradisi, dan adat-istiadat yang telah berumur ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu dapat menyatu dengan teknologi global yang berkembang saat ini.

Tetapi lagi-lagi disisi lain karena proyek ambisius yang akhirnya sempat terhenti di tengah jalan ini mendatangkan dampak yang juga merugukan bagi lingkungannya baik terhadap lingkungan alam maupun masyarakat. Apalagi dalam penggarapan proyek besar ini sangat jelas peran serta masyarakat sangat berpengaruh vital. Masyarakat Bali yang khususnya berada di sekitar wilayah pembangunan patung GWK ini yang paling merasakan dampaknya karena pembangunan proyek ini belum terselesaikan secara total hingga sekarang.


Pada awalnya patung Garuda Wisnu Kencana ini diharapkan akan menjadi landmark dan suatu kebanggan tersendiri bagi masyarakat Bali pada khususnya, dan bagi bangsa Indonesia pula tentunya. Sebuah mahakarya atau masterpiece yang kental dengan perpaduan unsur budaya dan teknologi yang akan menunjukkan kepada dunia betapa luar biasanya Indonesia. Tetapi seiiring waktu berjalan keberadaan Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) ini telah melenceng dari spirit awal. Setelah sepuluh tahun lebih, yang baru berhasil diwujudkan baru patung GWK dengan kepala dan setengah badan. Tak ada kepastian sampai kapan patung ini bisa diwujudkan.

Namun yang justru terjadi di GWK saat ini, adalah bagaimana menjadikan setiap jengkal tanah di kawasan itu bisa dibisniskan. Buktinya orang yang hanya berfoto saja untuk upacara perkawinan (prewedding) di sekitar patung dikenakan biaya yang awalny awalnya masih digratiskan untuk kegiatan-kegiatan seperti itu. Orang tak bisa masuk secara leluasa ke ke kawasan GWK karena telah menjadi kawasan bisnis.

Barangkali memang sudah menjadi kebiasaan bangsa ini untuk “mengkomersilkan” segala sesuatunya, termasuk kawasan GWK ini, tetapi yang perlu di ingat bahwa tempat ini nantinya apabila telah selesai secara total akan menjadi satu icon yang luar biasa bagi Indonesia dan Pulau juga tentunya, apabila kebiasaan “komersil” seperti ini masih ada di dalam masyarakat, tak heran jika suatu saat nanti justru tak akan ada lagi wisatawan yang akan melirik mahakarya ini meskipun sudah selesai berdiri.


Begitulah dinamika yang hampir selalu terjadi dalam pembangunan atau pengembangan kawasan wisata, untung dan rugi selalu berdampingan, dampak positif dan negatif selau berjalan beriringan. Memang di salah satu sisi rencana pengembangan kawasan “Garuda Wisnu Kencana Cultural Park” ini sangatlah prestisius dan luar biasa karena nantinya jelas akan menjadi salah satu icon  tersendiri bagi Pulau Bali pada khususnya, dan dengan berdirinya Garuda Wisnu Kencana jelas akan mendatangkan keuntungan baik secara ekonomi tentunya bagi lingkungan di sekitarnya.

Tetapi disamping hal tersebut apabila megaproyek ini tidak segera dituntaskan, apapun alasannya baik karena faktor biaya atau hambatan yang lain, hanya akan memunculkan perasaan tidak jelas dan kekecewaan bagi masyarakat khususnya orang Bali sendiri, karena selain perwujudan Dewa Wisnu yang sangat suci bagi masyarakat, mungkin harapan untuk memiliki suatu landmark yang luar biasa hanya akan menjadi mimpi semata.


Dalam kasus peneyelesaian megaproyek GWK ini tentunya peran dari segala aspek, termasuk pemerintah pun sangatlah perlu, setidaknya ada sedikit sumbangsih bagi terwujudnya sebuah masterpiece yang pasti juga akan mengangkat nama Indonesia di mata dunia. Tetapi jika pemerintah baik pusat atau daerah tetap menutup mata, maka tak heran jika nantinya keinginan dari masyrakat Indonesia dan khususnya masyarakat Bali untuk memiliki sesuatu yang dapat di banggakan di mata dunia hanya akan menjadi sebuah angan.

3 comments:

  1. Bali itu rasanya sesuatuu bgt ya, kak :D masjid bisa sebelahan sama pura. Sayang tahun kemarin ke Bali g sempat mampir ke GWK. Mudah-mudahan segera diselesaikan pembangunannya karena potensinya besar bgt :)kalo tentang 'dikomersilkan' ya itung-itung duitnya buat biaya nyapu kak Rizki, kan capek. hehehe *ngaco

    ReplyDelete
  2. dulu pembangunannya terhenti krn krismon..
    bulan agustus 2013 sudah resmi dimulai lg proyeknya..
    oh ya mas penulis, di Hindu tidak ada "Dewa Brahmana", cb cek lg referensinya. Apa lg ini tugas akhir kn?

    ReplyDelete

Alangkah lebih bijaksana untuk menyambung silaturahim dipersilahkan meninggalkan jejak berupa komentar,,,terimakasih..^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sahabat EPICENTRUM