Friday 14 October 2011

Jejak Langkah di Puncak Slamet (part 1)

(72 hour on adventure)
29-31 Juli 2011

dengan mengucap Alhamdulillah akhirnya bisa nge posting ini juga,hehe..
Sungguh aku sama sekali tidak menyangka akhirnya bisa berangkat juga ke gunung Slamet ditengah kesibukanku menjalankan kewajiban Kuliah Kerja Profesi (KKP). Atas ajakan teman dari Azimuth (Mapala Ilmu Tanah IPB) aku pun membulatkan tekat untuk ikut pendakian ke Puncak Slamet yang notabene merupakan puncak tetinggi di Jawa tengah (3432 mdpl).

Meski beberapa kali sempat ragu untuk berangkat karena adanya kabar akan kedatangan dosen pada tanggal 30 atau 31 Juli,,tetapi tepat hari kamis (tepatnya sehari sebelum berangkat) aku mendapat informasi dari ketua kelompok bahwa dosen akan datang sekitar tanggal 2 atau 3 agustus tanpa ba-bi-bu langsung aku mengiyakan ajakan untuk naik ke tanah tertinggi di Jawa Tengah ini.


Jumat 29 Juli 2011

Pukul 10.30… perjalananku pun dimulai dari Desa Batursari Kec. Talun, Kab. Pekalongan tempat dimana aku menjalankan kewajiban KKP dari IPB. Aku tidak berangkat sendiri, pukul sepuluh teman dari departemen ilmu tanah yang KKP di desa Sengare  datang menjemput, sebut saja namanya Kojek. Kami berdua pun menuju Desa Donowangun untuk menjemput Anjar (orang yang bertanggungjawab atas kehilanganku dari desa KKP,hehe,,karena dia yang ngajak,hehe)

Pukul 13.00… setelah sholat Jumat dan makan siang di rumah Kades Donowangun (tempat Anjar tinggal),,kami betiga pun memulai perjalanan,,tidak mudah awal perjalanan menuju kota pekalongan,,kami pun terpaksa jalan kaki terlebih dahulu sejauh kurang lebih 2 km sebelum akhirnya kami dapat tumpangan truk yang menuju kecamatan Doro,,dari kecamatan Doro pun kami harus kembali menumpang truk hingga kecamatan Karanganyar (lumayan lah gak perlu merogoh kocek,hehe).


turun dari desa jalan kaki dilanjut truk


Pukul 15.00… kami tiba di kecamatan karanganyar untuk bergabung dengan dua teman kami Epul dan Dicky  yang KKP di Karanganyar. Kami berlima pun siap berangkat ke Brebes untuk bergabung dengan teman-teman KKP lain yang dari Brebes, Tegal, dan Garut yang akan ikut dalam ekspedisi Slamet kali ini. Dari Karanganya kami menumpang bus kecil menuju terminal Pekalongan ,,dengan merogoh kocek Rp.7000,- per orang kami berlima pun sampai di terminal Pekalongan

Pukul 16.00… kami berlima berangkat dari terminal pekalongan dengan menumpang bus ekonomi jurusan bandung untuk menuju kota Tegal. Lagi-lagi kami beruntung, kondektur bus ternyata orang sunda, setelah kojek, epul, dan anjar tawar menawar sebentar akhirnya kami hanya membayar Rp.10000,- per orang,, padahal umumnya dari Pekalongan –Tegal tarifnya Rp.12000,-.. Lumayaaan hemat 2000 perak,hehe..

Pukul 18.00… kami berlima tiba di Tegal,,kami turun di Plaza Pasifik..dari sini kami berlima mancari masjid untuk sholat maghrib dan istirahat sebentar,,setelah sholat kami berlima pun makan bekal yang di bawa Epul, nasi dua bungkus tiga telor ayam dan satu daging ayam untuk kami berlima (ngegembel abis lah pokoknya,,yang penting makaaan).. setelah selesai makan kami berliama kembali ke jalan untuk mencari bus menuju Brebes,, sekitar pukul 20.00 kami mendapat bus kearaah Purwokerto

istirahat makan malam di Tegal

Pukul 22.00… kami turun di pertigaan Kali Gadung. Dari pertigaan kali gadung setelah menunggu kurang lebih 30 menit kami melanjutkan perjalanan ke pertigaan Sirampog dengan colt L300,,disini kami bergabung dengan teman-teman yang KKP di Sirampog,,kemudian perjalananpun dilanjut ke base camp yang terletak di desa paling atas, yaitu desa Igir klenceng, sampai di basecamp waktu menunjukkan pukul 00.30 dinajutkan breefing kemudian istirahat untuk menyipkan fisik buat pendakian besok pagi..


Sabtu 30 Juli 2011

Pukul 06.00… rombongan ekspedisi yang berjumlah 21 orang terdiri dari mayoritas mahasiswa Fakultas Pertanian IPB dan 1 orang dari  Fakultas Ekologi Manusia IPB, yang dikoordinir oleh rekan-rekan dari Azimuth mempersiapkan segala sesuatu yang akan di gunakan selama pendakian mulai dari logistik makanan, air minum hingga transport menuju gerbang pendakian.. Pembagian beban dan teknis pendakian pun dilakukan pagi itu..disini kami juga berkenalan dengan Mas Diman seorang warkamsi (warga kampung sini) yang bersedia menjadi Guide kami menuju puncak Slamet,, karena jalur yang akan kami lalui nanti bukanlah jalur umum layaknya jalur Bambangan.

Persiapan logistik dan breefing

Ada tiga jalur pendakian utama menuju tanah tertinggi di Jawa Tengah ini,,pertama jalur terpendek dan umum dilalui treknya juga relative mudah yaitu jalur Bambangan,tetapi untuk saat ini jalur tersebut ditutup,,kemudian kedua adalah jalur Baturraden yang merupakan jalur terpanjang tetapi memiliki pemandangan yang cukup indah, dan ketiga adalah jalur Kali Wadas. Adapula jalur lain yaitu Randudongkla dan memalui sumber air panas Guci..

Pukul 07.30… rombongan kami menuju gerbang pendakian gunung Slamet,,kali ini pendakian melalui jalur Kaliwadas,,jalur pendakian terpanjang ke dua setelah jalur baturraden.  Sesampai di desa kaliwadas sebuah dusun yang berketinggian 1850 mdpl yang terletak di sebelah barat daya gunung slamet yang merupakan desa terakhir sebelum kearah rute pendakian,,rombongan kami harus meminta izin dahulu ke juru kunci gunung Slamet,,tetapi seseampainya disana ternyata mbah Juru kunci nya telah meninggal,,jadi kami meminta ijin ke istrinya,,setelah mengisi daftar kami pun siap untuk memulai ekspedisi ini.


Pukul 08.30… rombongan berangkat meninggalkan desa kaliwadas menuju kearah Pos 1..jalur yang dilalui menuju Pos banyak dijumpai percabangan, tetapi berkat mas Diman kami dibimbing ke jalan yang benar,hehe,,kurang lebih 45 menit kami tiba di Pos 1 yang dikenal oleh warga sekitar dengan nama Tuk Suci (“Tuk” dalam bahasa Indonesia berarti sumber mata air) yang merupakan sumber air pertama dan terakhir di  sepanjang rute pendakian,, dan disinilah kami mengisi cadangan air..sekedar informasi bagi yang akan melakukan pendakian ke Gunung Slamet,,sepanjang perjalanan kearah puncak tidak akan ditemui sumber air,,oleh sebab itu penting untuk menyiapkan cadangan air dari bawah..

"Tuk Suci" sumber air pertama dan terakhir

Pukul 09.30… kami melanjutkan perjalanan menuju pos selanjutnya dengan cadangan air yang cukup ditemani teriknya matahari yang cukup menyengat,,tetapi tidak terlalu lama berjalan perjalanan kami mulai sedikit menanjak meski tanjakkannya landai tetapi cukup panjang untuk dilalui,,kamipun menembus lorong-lorong bambu kecil (penduduk sering menyebutnya Pringgodani)..sekitar 30 menit berjalan rombongan kami melewati sebuah pohon besar yang unik,,karena bagian bawahnya terdapat tiga lubang yang besar (seperti Tripod raksasa) yang mana penduduk sekitar mengenalnya dengan nama Pondok Growong

Selepas pondok growong lintasan kembali landai hingga sampai pada jembatan kecil yang dikenal dengan naman Taman Wlingi, yang berada di ketinggian 1953 mdpl kemudian kami bertemu persimpangan kami sempat hampir mengambil jalan lurus,,tetapi kata mas Diman kita belok kiri,,karena apabila mengikuti jalan yang lurus dan lebar akan menuju kearah Sumur Penganten yang merupakan tempat yang dikeramatkan dan banyak peziarah datang kesana untuk mencari berkah (aya-aya wae ya minta berkah ke sumur,,tapi itulah kenyataan yang masih sering dijumpai di Jazirah Jawa,hehehe)..

menembus hutan belantara

Setelah belok kiri  jalur mulai menanjak tetapi tetap landai kearah pos 2..sepanjang perjalan dijumpai pohon tumbang dan adanya tanaman penyengat (semacam tanaman perdu dengan duri2 halus di daun dan batangnya),,aku terkena sengatan di tangan dan di kaki karena hanya menggunakan kaos dan celana pendek (jadi sebaiknya yang hendak melintas menggunakan lengan panjang dan celana panjang jika tidak ingin jadi korban sengatan tanaman ini)..sekitar pukul 10.40 kami melaui Pos 2 (Anjatan Dawa 1),tetapi karena tenaga masih cukup kami melanjutkan ke Pos 3.

Pukul 11.20…  kami tiba di Pos 3 (Anjatan Dawa 2) kamipun disini melepas lelah dengan makan bekal berupa gula merah dan beberapa cemilan serta minum beberapa teguk air untuk mengobati rasa haus..kemudian kapi pun melanjutkan perjalanan menuju Pos 4,,jalur yang dilalui mulai rimbun dengan semak belukar dan pohon-pohon tumbang,,jarak dari pos 3 ke pos 4 tidak terlalu jauh tapi tanjakan mulai terasa antara Pos 3 dan pos 4.


Pukul 12.05… rombongan ekspedisi slamet tiba di Pos 4,,disini kami kembali melapas lelah dan mempersiapkan makan siang,,kami makan siang dengan menu seadanya tetapi luar biasa nikmat,,mungkin karena lelah kali yaa,,setelah makan siang beberapa ada yang sholat zuhur dijamak ashar termasuk aku,,takutnya waktu Ashar belum sampai Plawangan..kemudian perjalanan dilanjut lagi..

Kami kembali memasuki semak belukar dan menembus rimbunnya pepohonan perdu di bawah kanopi hutan sub alpine di kawasan gunung Slamet ini..kemudian lintasan kembali melebar ketika memasuki persimpangan Igir Manis yang berada di ketinggian 2600 mdpl. Di daerah ini sudah mulai dujumpai tanaman khas pegunungan yang dikenal dengan bunga abadi “Eidelweis”,,berbeda dengan eidelweis yang ada di Gede-Pangrango eidelweis disini memiliki harum yang khas dan mistis,,selain eidelweis juda dijumpai tanaman Arbei..



Pukul 14.10…kami tiba di Pos 5 (Samyang Wenah) tetapi kali ini kami tidak beristirahat dan memutuskan untuk lanjut kearah Plawangan..perjalanpun dilanjut lagi,,menuju kawasan Igir Tjowek yang berada di ketinggian 2750 mdpl,,daerah ini masuk kawasan gunung malang..

Pukul 15.15… tiba di Igir Tjowek yang merupakan pos bayangan antara Samyang Wenah dan Plawangan..disisni terjadi pertemuan antara jalur kaliwadas dan baturraden,,kami cukup lama beristirahat disini karena memang kondisi yang sangat panas dan lelah sekali kami istirahat sekitar 10 menit kemudian perjalananpun kembali berlanjut agar masih sempat untuk mendirikan tenda..

Perjalanan yang dihadapi semakin menanjak dengan trek berupa pasir halus dengan tepian semak belukar dan pohon eidelweis menuju pos 6 (Plawangan) yang merupakan batas vegetasi dari kawasan gunung Slamet,,selama perjalanan kami banyak berhenti karena beratnya medan,,batang kayu tumbangpun semakin banyak dijumpai yang memaksa aku dan teman yang lain harus merunduk, bahkan tiarap dengan beban carrier di punggung cukup membuat pinggang pegal.

Pukul 16.50… akhirnya setelah perjalanan hampir 9 jam akhirnya aku dan rombongan ekspedisi slamet tiba di pos Plawangan (Lawang=pintu gerbang*red) yang merupakan gerbang menuju puncak Slamet dan juga menjadi batas vegetasi dari kawasan gunung ini,,kamipun segera memasak dan mendirikan tenda untuk bermalam karena pendakian ke puncak akan dilakukan besok pagi..menjelang maghrib tenda selesai didirikan dan masakanpun telah matang,,akhirnya kami semua beristirahat total untuk menyiapkan fisik dan mental menuju puncak besok pagi..



menembus halang rintang

Bunga abadi






Minggu 31 Juli 2011

Pukul 05.50… setelah sholat subuh ditengah dinginnya udara pagi tim melanjutkan ekspedisi menuju puncak dari Gunung Slamet,,suhu yang sangat dingin membuat tanganku hampir tak bisa merasakan apapun,,bahkan saking dinginnya ditemukan bunga es yang menempel pada tanaman yang kami lalui.
Trek yang akan kami lalui kali ini adalah kerikil dan batuan vulkanik sisa-sisa letusan dari Gunung Slamet. Cukup berat trek yang dilalaui kali ini,,tanpa adanya vegetasi membuat terpaan angin pagi yang dingin makin menusuk tulang. Batuan longsor akibat pijakan kaki pun mulai berhamburan, membuat perjalanan harus lebih hati-hati dan waspada.

Lintasan pun semakin menanjak dengan sudut pendakian 60-50O ditemani aroma belerang yang makin menyengat membuat perjalanan semakin berat,,pendaki tidak boleh terlalu lama berhenti karena H2S sangat berbahaya bila terlalu lama terhirup.


menuju puncak yang kian terjal

Pukul 07.00… kami semua tiba di puncak bayangan dari gunung slamet,,dari sini pemandangan kawah telah terlihat dengan jelas ,serta puncak gunung tertinggi di Jawa Barat pun (Gunung Ciremai) terlihat dari sini,,jutaan syukur terucap saat kulihat keindahan ciptaan Nya..aktifitas yang dilakukan adalah foto2, maklum pendaki juga bias narsis,,kami sebagai pencinta alam selalu baerikrar tak kan meninggalkan apapun selain “Jejak”.

Pukul 08.00… setelah puas berfoto-foto dan bercengkrama,,beberapa dari kami termasuk aku pun bersiap melanjutkan ke titik tertinggi dari Gunung Slamet. Kami melipir gigir kawah,,ketakutanpun menderaku di sini,,bagamana tidak disebelah kiri menghujam kebawah kawah yang dalam, sebelah kanan adalah sisi gunung yang bila tidak berhati-hati bisa terguling,ditambah lagi angin yang yang berhembus makin kencang membuat perjalanan pun makain menantang. Sekitar 15 menit akhirnya kamai ber-9 tiba di titik tetinggi di Jawa Tengah



(bersambung)

4 comments:

  1. eaaaaaa
    ketahuan bolos

    wah pengen nih bisa kesana
    selamat ya atas keberhasilannya

    ReplyDelete
  2. sstttt,,jgn kenceng2 bro ntar kedengeran,hehe..:P

    alhamdulillah lacar mameen....

    ReplyDelete
  3. awas rizki, nanti ada dosen yg baca postinganmu, suruh ngulang KKP. xixixi...

    Salam
    http://medicalera.com/info_answer.php?thread=15756

    ReplyDelete
  4. kan yang penting gak lebih dari 2 hari meninggalkan desa mah gak masalah.hehehe..
    kan ketetuanya tdk boleh meninggalkan desa lebih dr 2hari,hehehe...

    ReplyDelete

Alangkah lebih bijaksana untuk menyambung silaturahim dipersilahkan meninggalkan jejak berupa komentar,,,terimakasih..^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sahabat EPICENTRUM