Monday 17 June 2013

Manajemen Pendakian Gunung

Manajemen pendakian gunung, inilah salah satu hal yang penting dalam kegiatan alam bebas, pendakian gunung. Jika kita punya kemampuan mendaki yang hebat serta alat - alat gunung yang canggih tetapi tidak bisa merencanakan pendakian dengan baik sama saja seperti Tentara yang tidak tahu kapan harus menggunakan senjatanya. Kesuksesan suatu pendakian gunung sangat bergantung pada perencanaan pendakian.

www.belantaraindonesia.org

Terkadang kita ingin mendaki gunung tetapi tidak punya alat - alat yang lengkap, terkadang kita ingin mendaki gunung tapi fisik kita tak terlalu kuat, Perencanaan pendakian, kitalah yang bisa mengatasi hal itu. Kita dituntut cerdas untuk menyusun rencana yang bagus.

Misalnya saja kita tidak punya tenda untuk mendaki gunung. Bukan masalah besar jika kita tidak punya tenda untuk mendaki gunung. Berarti anda harus mencari informasi tentang kondisi pos - pos yang ada di gunung tersebut. Pos yang mempunyai atap akan menjadi tempat camp anda malam itu

Tenda adalah alat yang melindungi kita dari angin dan hujan agar tidak kedinginan. Jadi kalau kita tak membawa tenda kita harus mempersiapkan sesuatu untuk mengatasi rasa dingin yang luar biasa. Jika kita tidak membawa tenda kita wajib membawa Sleeping Bag, matras, poncoserta jaket yang lebih tebal dari biasanya.

Terkadang pisau bisa membunuh lebih banyak orang daripada pistol, tergantung pada siapa penggunanya. Sama halnya dengan cara kita memanfaatkan peralatan pendakian sebaik mungkin 

Jika dingin mulai menyentuh kulit kita yang terbalut jaket tebal dalam Sleeping Bag ( SB ) berarti kita harus memanipulasi senjata kita dengan sedikit kecerdasan. Panaskan air lalu masukkan ke dalam botol dan masukkan botol tersebut ke dalam SB. Panas yang ada dalam botol akan berpindah ke udara yang ada di dalam SB sehingga SB kita terasa lebih hangat

Alangkah baiknya jika kita tahu kekuatan fisik kita sebelum merencanakan pendakian sehingga rencana kita bisa sesuai dengan kemampuan fisik kita. Dalam 1 hari berapa jam kita mampu berjalan, berapa liter air yang anda habiskan dan berapa jumlah minimal makanan yang anda konsumsi. Sehingga kita bisa merencanakan waktu, air dan logistik secara efektif.  Kita tidak akan membuat perjalanan sepanjang 10 jam jika kita hanya mampu berjalan 8 jam per hari.


Kita akan membuat camp terlebih dahulu dan melanjutkan perjalanan esok. Kita harus mencari data lengkap tentang gunung yang akan kita daki. Jarak antar pos dan waktu tempuhnya beserta hal hal lainya. Misalnya jika kita akan mendaki gunung Semeru kita harus memperhitungkan transportasi dari Tumpang ke Ranupani yang mana kita akan naik mobil sayur yang hanya ada pada waktu pagi hari.

Kan aneh rasanya jika kita sampai di Tumpang jam 9 pagi dan terpaksa bermalam di situ sambil menunggu pagi berikutnya. Lain halnya dengan Gunung Latimojong, transportasi menuju basecamp Latimojong ( Desa Pasui - Rantelemo  ) hanya ada waktu hari pasar yaitu hari Senin dan Kamis. Jika kita sampai di sana hari Jumat kita akan terkatung - katung menunggu hingga hari Senin.

Usahakan tempatkan perjalanan yang paling panjang pada hari pertama karena fisik kita masih segar. Jadi usahakan perjalanan pertama adalah yang paling jauh. Berjalanlah sejauh mungkin dan selama mungkin karena hari - hari berikutnya kita tidak akan sebugar ini lagi.

Jangan terlalu sering ngecamp di gunung karena itu hanya akan membuat perbekalan kita bertambah berat. Jika tas kita semakin berat maka kita akan berjalan semakin lambat. Lebih baik kita berjalan cepat dengan beban ringan sehingga bisa mendaki dengan cepat tanpa sering ngecamp.

Lamanya pendakian berhubungan erat dengan bekal yang akan kita bawa. Semakin lama kita di gunung maka bekal pendakian kita akan semakin banyak. Pilihannya hanya ada 2, yang pertama membawa banyak barang, kita jalan dengan pelan dan kita lama di gunung.

Yang ke 2 membawa sedikit barang, kita jalan dengan cepat dan kita tak perlu lama lama di gunung. Kita menentukan pilihan berdasar pada tujuan pendakian kita. Jika tujuannya memang untuk piknik maka pakai saja pilihan pertama. Jika tujuanya untuk Expedisi sebaiknya pakai pilihan ke 2.

Kita juga harus membaca kondisi alam untuk merencanakan waktu pendakian. Umumnya pendaki akan sampai di puncak pada pagi hari sekitar jam 6 sampai jam 10. Biasanya jam 10 lebih kawasan puncak akan mulai berkabut dan badai.

Satu lagi yang tak kalah penting, kita juga harus menghormati mitos yang beredar di gunung. Misal jika kita mendaki gunung Argopuro kita tidak boleh melakukan perjalanan pada malam hari karena banyaknya gangguan dari makhluk halus. Sebaiknya hormati itu...

Kesimpulannya dalam merencanakan waktu pendakian kita harus memperhitungkan Ketersediaan transportasi, Waktu tempuh gunung, Kemampuan tempuh team, tujuan pendakian dan Kondisi alam.

Setelah waktu ditentukan maka kita akan membawa jumlah air dan logistik sesuai dengan lamanya waktu pendakian. Kita tidak akan membawa air sebanyak 15 Liter jika kita hanya membutuhkan air 5 Liter saja. Kita juga harus menyediakan air untuk berjaga jaga dari kemungkinan terburuk tetapi bukan sebanyak 10 Liter. Membawa sia - sia air sebanyak 10 Liter adalah musibah terburuk.

Kita juga harus membawa logistik se-efektif mungkin. Tetapi Alangkah baiknya jika kita sudah mempersiapkan menunya sejak awal. Pagi hari pertama kita akan makan Nasi dan Sarden, Siang hari pertama kita akan makan Mie Instan, Malam hari pertama kita akan makan Nasi dan Sosis.

Jadi kita tahu apa saja yang akan kita bawa beserta jumlahnya. Jangan lupa bawa logistik cadangan untuk menghadapi kemungkinan terburuk. Kita juga harus pintar pintar menyusun menu. Kita harus makan nasi sebagai penghasil tenaga utama sebelum melakukan Summit Attack ( Perjalanan terakhir menuju puncak dan biasanya perjalanan paling berat ). Jika kita tidak akan melakukan perjalanan yang berat mungkin makan mie atau roti saja sudah cukup.

Usahakan menunya variatif, Jika pagi kita makan nasi mungkin siang kita bisa makan mie atau roti lalu kembali makan nasi pada malam harinya agar gizi kita terjaga.

Berbicara masalah gizi kita juga harus memperhitungkan kandungan yang ada dalam makanan. Lebih baik makan roti daripada mie instan karena roti dapat memberi karbohidrat lebih besar daripada mie.

Karbohidrat adalah penghasil tenaga bagi tubuh. Fungsi mie hanya memberi rasa kenyang pada perut bahkan terkadang malah menjadi beban dalam perut.

Setelah kita menyusun jadwal pendakian, peralatan, air dan logistik yang akan kita bawa sebaiknya kita juga menyediakan Plan B, plan C, plan D dst untuk menghadapi kemungkinan terburuk yang akan di hadapi.

Logistik, air dan peralatan bergantung pada waktu pendakian. Sedangkan waktu pendakian bergantung pada faktor alam. Misalnya jika kita sedang mendaki Gunung Semeru. Kita tidak boleh berada di puncak Semeru jam 10 lebih karena angin bergerak ke arah puncak membawa racun dari kawah Jonggring Saloka.

Parahnya lagi jika pada waktu pagi hari terdapat kabut yang tebal kita tidak akan bisa membedakan yang mana letupan kawah beracun dan yang mana kabut. Ketika cuaca buruk banyak pendaki yang menunggu berhari - hari di pos Kalimati untuk melakukan Summit Attack ke puncak.

Tentu saja hal itu akan merusak rencana yang telah kita buat dengan matang. Kita tidak akan bisa sampai ke puncak jika tidak memiliki plan A, plan B plan C dan Plan D.

Jika merencanakan pendakian ibarat merencanakan sebuah misi penyerangan. Kita harus membawa amunisi sesuai dengan tempatnya. Kita tak akan menggunakan bom untuk peperangan di tambang minyak, kita tidak akan menggunakan pisau untuk menyerang sebuah Tank.
Kita juga harus tahu kapan kita harus menggunakan pisau, senapan atau bom. Dan yang terpenting adalah tangan yang memegang senjata, bukan senjata apa yang kita pegang.


No comments:

Post a Comment

Alangkah lebih bijaksana untuk menyambung silaturahim dipersilahkan meninggalkan jejak berupa komentar,,,terimakasih..^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sahabat EPICENTRUM