BAB IV
|
REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN
|
|
Sistem
Reproduksi
|
|
|
|
|
Sistem
Reproduksi Jantan dan Betina
|
|
|
|
Telur dan
Pembuahan Telur
|
|
(1) pelepasan sejumlah spermatozoa dari spermateka,
(2) masuknya spematozoa ke dalam telur melalui mikropil (micropyle),
dan
(3) fusi pronuklei telur dan spermatozoa menjadi zigot.
|
Penentuan
Kelamin dan Pembiakan Partenogenetik
|
|
Embriogenesis (Perkembangan Embrio) |
|
Lapisan sel pertama yang terbentuk adalah blastoderm, yang terdiri dari
lapis tunggal sel-sel, yaitu blastomer. Proses terbentuknya blastomer
berbeda pada satu jenis binatang dengan jenis yang lainnya, hal ini
berhubungan dengan banyaknya bahan kuning telur di dalam telur. Namun pada
sebagian besar serangga, telurnya mempunyai bahan kuning telur yang banyak.
Pada kebanyakan serangga nukleus yang berfungsi dengan sitoplasmanya,
berperilaku seperti individu sel dan membelah diri (cleavage) secara
mitosis. Nukleus-nukleus baru yang terjadi bergerak ke daerah tepi telur dan
membentuk blastoderm. Selama proses itu berlangsung, tiap nukleus membentuk
sel lengkap dengan selaput selnya.
|
Sel-sel hasil pembelahan di atas sebagian tetap di bagian kuning telur, atau
sebagian yang sudah di tepi kembali ke kuning telur; sel-sel ini disebut
vitofag (vitellophages) atau sel-sel kuning telur (yolk cells).
Vetelofag ini berperan dalam pencernaan awal kuning telur, sehingga memudahkan
pengasimilasian oleh sel-sel embrio lain.
|
Pada waktu bersamaan terjadinya blastoderm, beberapa sel hasil pembelahan
berubah menjadi sel-sel lembaga (germ cells) (Gambar ..), yang nantinya
berkembang menjadi gamet atau sel-sel reproduktif pada tahap larva tua, pupa
atau dewasa.
|
Setelah pembentukan blastoderm selesai, sel-sel pada satu sisi telur berubah
bentuk menjadi kolumnar (columnar) (artinya seperti tiang besar)
sepanjang garis tengah-longitodinal telur, ke arah dua sisi dari garis ini
sel-sel itu secara berurutan kurang kolumnar, akhirnya bersatu dengan sel-sel
blastoderm yang tersisa, yang cenderung menjadi pipih (sequamous).
Daerah yang menebal dari blastoderm terdiri dari sel-sel kolumnar itu adalah
pita lembaga (germ band), yang kemudian memanjang dan berkembang
menjadi embrio. Sel-sel lain ikut dalam pembentukan
selaput atau membran ekstraembrio. Pada sebagian besar serangga lipatan pada
daerah di luar pita lembaga tumbuh ke arah atas pita lembaga, nantinya bertemu
sepanjang garis tengah longitudinal. Lapis luar dan
dalam dari satu lipatan bersatu dengan lapis yang sama dan lipatan lainnya.
Lipatan dalam membentuk amnion (amnion) di sekeliling embrio yang
berkembang dan lapis luar membentuk serosa yang mengelilingi kuning telur,
ammon dan embrio. Pada beberapa serangga selaput ekstraembrio terbentuk dari
invaginasi (Apterigota) atau involusi embrio (Odonata, beberapa Orthoptera dan
Homoptera).
|
Pada waktu pembentukan ammnion dan serosa, terjadi juga proses
gastrulasi, yang dimulai dengan invaginasi (melekuk ke dalam) bagian bawah (venter)
pita lembaga. Nantinya invaginasi itu mendatar ke arah keluar dan
pinggir-pinggir luarnya bertemu dan bersatu membentuk pita longitudinal dari
sel-sel (lapis dalam atau mesentoderm) yang dikelilingi oleh lapis luar,
disebut ektoderm. Tipe lain pembentukan lapisan dalam ialah mengendapnya pita
longitudinal bawah ke dalam kuning telur, yang kemudian tertumbuhi oleh
sel-sel pita lembaga yang tertinggal. Tipe yang lain lagi, lapisan dalam itu
berkembang dari proliferasi pita lembaga. Kemudian lapisan dalam berkembang
menjadi dua pita longitudinal lateral (mesoderm) dan untingan tengah (median
strands) dengan massa sel pada ujung anterior dan posterior. Untingan
tengah bagian massa sel di kedua ujungnya akan menjadi endorm.
|
Pada tahap perkembangan ini -yaitu mulai adanya mesoderm dan
endorm -terjadi alur-alur melintang sehingga embrio terbagi-bagi menjadi satu
seri ruas-ruas, 20 jumlahnya. Segmentasi atau peruasan ini adalah proses
bertahap (gradual), mulai dari bagian depan dan berlanjut ke belakang.
Pada saat yang sama terjadi juga evaginasi ektoderm, yang membentuk berbagai
embelan (appendages) tubuh. Apabila segementasi embrio itu telah
sempurna dan semua dasar-awal (rudiments) dari embelan telah terbentuk,
bagian-bagian embrio yang akan membentuk ketiga tagmata tubuh serangga sudah
dapat terlihat. Setelah pembentukan tiga lapis lembaga (germ layers)
(endorm, mesoderm, ektoderm), masing-masing berkembang lebih lanjut yang
nantinya membentuk berbagai jaringan dan organ-organ. Proses ini disebut
organogenesis.
|
Otot-otot, jantung dan aorta
(pembuluh dorsal, jaringan lunak dan organ reproduksi berasal dari
perkembangan mesoderm. Mesenteron adalah endodermal, sedang stomodeum
dan proktodeum ektodermal, otak, sistem saraf, sistem trakea dan integumen
juga ektodermal.
|
|
Strategi Reproduksi |
Perkembangan
embrio pada serangga dapat dikelompokkan dalam tiga tipe utama, yaitu :
|
|
Serangga betina meletakkan telur yang telah matang baik dibuahi maupun tidak.
Perkembangan embrio terjadi diluar tubuh induknya dan embrio memperoleh
makanan dari kuning telur. Kebanyakan serangga memiliki perkembangan ovipar.
|
|
Pada perkembangan vivipar serangga betina tidak meletakkan telur tapi
melahirkan larva atau nimfa muda dalam bentuk individu yang tidak terbungkus
kulit telur (korion) . Perkembangan embrio berlangsung dalam tubuh induknya
dan embrio memperoleh makanan langsung dari tubuh induknya.
|
|
Telur mengandung cukup kuning telur untuk
memberi makan embrio yang sedang berkembang dan diletakkan oleh induknya
segera setelah menetas. Istilah ovovivipar juga digunakan untuk
serangga-serangga yang meletakkan telur yang mengandung embrio yang telah
berkembang (telur telah siap menetas).
|
Istilah larvipar, nimfipar dan pupipar, menunjuk pada bentuk individu baru
yang dilepas oleh induknya. Lalat Tachinidae ada yang larvipar, kutudaun di
daerah panas adalah nimfipar, sedang lalat tse-tse (Glossina spp.,
Muscidae) adalah pupipar. Pada lalat tse-tse ini keturunan baru dilahirkan
dalam fase larva yang sudah siap berpupa, sehingga hanya dalam beberapa jam
setelah dilepas oleh induknya sudah menjadi pupa.
|
Selain ketiga tipe utama di atas, serangga juga memiliki beberapa tipe
perkembangan embrio yang lain, yaitu :
|
|
Pada poliembrioni setiap telur yang sedang berkembang dapat membelah secara
mitosis dan menjadi beberapa sampai banyak embrio. Tipe perkembangan ini
biasanya terdapat pada Hymenoptera.
|
Telur pada serangga polimbrioni berbeda dari serangga non-poliembrioni,
sebagai berikut: (1) telurnya sangat kecil, (2) tidak ada kuning telur, (3)
karion, jika ada, sangat tipis dan permeabel.
|
|
Serangga pradewasa memiliki alat kelamin yang
telah matang dan dapat menghasilkan keturunan. Beberapa jenis Coleoptera
memiliki perkembangan paedogenesis.
|
|
Sel telur berkembang menjadi embrio tanpa
mengalami pembuahan. Partenogenesis dapat terjadi pada
serangga ovipar maupun vivipar.
|
Peletakan telur
dan eklosi
|
Peletakan telur (oviposition) terjadi setelah telur
matang dan terjadi ovulasi. Telur umumnya diletakkan di tempat-tempat yang
sesuai untuk kehidupan keturunan. Telur dapat diletakkan dalam kelompok atau
satu-satu, tergantung spesiesnya. Organ atau struktur untuk peletakan telur
dapat terdiri dari embelan-embelan khusus yang membentuk alat peletak telur
atau ovipositor, atau abdomen dimodifikasi demikian rupa sehingga dapat
dijulurkan seperti tabung sehingga berfungsi sebagai ovipositor. Struktur ini
umum disebut ovitubus dan dapat ditemui pada trips (Thysanoptera),
lalat (Diptera) dan lainnya. Ovipositor itu tereduksi atau tidak ada pada
ordo-ordo berikut: Odonata, Plecoptera, Mellophaga, Anoplura, Ceoleoptera dan
ordo-ordo panorpoid (Mecoptera).
|
Telur diletakkan secara beragam, beberapa serangga menyatukan
telurnya secara pasif, misalnya pada Plasmida (walkingstick), yang lain
menempelkan telur pada substratnya satu-satu atau dalam kelompok. Jenis-jenis
Vrysopidae (Neuroptera) meletakkan telur dengan tungkai yang kaku yang
panjang; telur terdapat di ujung tangkai. Berbagai jenis serangga (belalang
lapangan, belalang sembah, lipas) meletakkan telur dalam paket, disebut ooteka
atau paket telur; dalam satu paket terdapat banyak telur. Bahan untuk
melekatkan telur atau untuk pembuatan paket berasal dari kelenjar penyerta (accessory
glands).
|
Serangga parasitoid menggunakan ovipositornya untuk
"menyuntikkan" telurnya dalam tubuh inangnya, pada serangga akuatik telurnya
diliputi oleh bahan gelatin. Serangga-serangga yang memarasit mamalia
kerapkali meletakkan telur pada rambut-rambut inangya.
|
Eklosi (eclosion) adalah proses penetasan atau keluar
dari telur; kadang-kadang diartikan sebagai munculnya imago dari fase
pradewasa. Eklosi umumnya melibatkan penegukan (swallowing) cairan
amnion dan difusi udara ke dalam telur. Masalah pada eklosi adalah peretakan
korion dan lapisan embrio lain serta melepaskan diri dari telur.
|
Retakan dapat terjadi pada permukaan telur secara tidak
teratur atau pada garis yang lemah. Pada beberapa
serangga pelemahan lapisan embrio terjadi karena kerja ensim. Berbagai
struktur mungkin terlibat dalam meretakkan korion, yang dapat berbentuk duri (spines)
atau pundi-pundi (bladder) yang eversibel (eversible) atau
melibatkan kekuatan ekspansi dari bagian tubuh, karena kontraksi, yang dibantu
oleh penegukan cairan amnion dan udara (lihat di atas).
|
Beberapa serangga seperti pada Lepidoptera larva menggerigit
kulit telur untuk keluar.
|
|
Perkembangan Serangga (Pascaembrio)
|
Perkembangan pascaembrio adalah perkembangan sejak eklosi
sampai munculnya serangga dewasa.
|
Serangga mempunyai kerangka luar yang tidak memungkinkan
pertumbuhan memperbesar tubuh (ukuran tubuh). Masalah ini diatasi dengan
proses ganti kulit (molting) atau ekdisis.
|
Serangga pradewasa yang baru keluar dari telur berkembang
melalui satu seri pergantian kulit, dan bertambah ukurannya setelah tiap ganti
kulit. Tiap tahap perkembangan disebut instar.
|
Instar akhir, yang serangga itu sudah matang secara seksual
dan bersayap sempurna (pada jenis-jenis yang memang bersayap), adalah tahap
dewasa atau imago.
|
Beberapa serangga (misalnya Thysanura) masih berganti kulit
setelah tahap dewasa, namun tidak bertambah besar.
|
Banyaknya instar beragam di
antara kelompok-kelompok serangga, namun sebagian besar antara
2 dan 20.
|
Pertambahan bobot serangga yang baru keluar telur sampai
menjadi dewasa biasanya sungguh nyata. Sebagai contoh, larva instar akhir
Cossus cossus (Lepidoptera: Cossidae) bobotnya 72.000 x dari instar
pertamanya, dan memerlukan tiga tahun untuk mencapai instar akhir itu (C.
cossus adalah penggerek kayu). Pada kebanyakan yang lain biasanya sekitar
1.000 x atau lebih.
|
Proses perkembangan yang mengubah pradewasa instar pertama
menjadi dewasa disebut metamorfosis (metamorphosis), yang arti
sebenarnya adalah perubahan bentuk.
|
Perubahan bentuk itu bisa berangsur-angsur (gradual),
yaitu bentuk pradewasa secara umum hampir sama dengan bentuk dewasanya, atau
tiba-tiba (abrupt), yaitu bentuk pradewasanya sangat berbeda dengan
dewasanya dan perubahan ini terjadi pada instar akhir pradewasa.
|
Metamorfosis (perubahan bentuk) dikelompokkan dalam empat
tipe, yaitu:
|
a.
Tanpa metamorfosis/ametamorfosis (ametabola)
: pada tipe ini beberapa spesies serangga tidak memperlihatkan adanya
metamorfosis, maksudnya segera setelah menetas maka lahir serangga muda yang
mirip dengan induknya kecuali ukurannya yang masih kecil dan perbedaan pada
kematangan alat kelaminnya.
|
|
|
|
b. Metamorfosis
Bertahap (Paurometabola)
: serangga yang mengalami perubahan bentuk secara
paurometabola selama siklus hidupnya mengalami tiga stadia pertumbuhan,
yaitu stadia telur, nimfa dan imago.
|
|
|
|
|
c. Metamorfosis
Tidak Sempurna (Hemimetabola)
: hemimetabola memiliki cara hidup yang hampir sama dengan paurometabola,
hanya habitat dari serangga pradewasanya berbeda dengan imagonya.
|
|
|
|
|
d. Metamorfosis
Sempurna (Holometabola)
: pada tipe ini serangga memiliki empat stadia selama siklus hidupnya, yaitu
telur, larva (ulat), pupa (kepompong), dan imago.
|
|
|
|
Kontrol Hormonal dalam Pertumbuhan dan Perkembangan |
A. Ganti kulit
|
|
B. Metamorfosis
|
|
1. PTTH (hormon protorasikotropik) ; PTTH diproduksi oleh
sel-sel neurosekretorik di dalam otak dan merangsang kelenjar-kelenjar
protoraks untuk menghasilkan ekdison, yang merangsang apolisis dan mendorong
pertumbuhan.
2. ekdison,
3. JH (hormon juvenil) ; JH dihasilkan oleh sel-sel di dalam
korpora allata dan menghambat metamorfosis, jadi mendorong perkembangan lebih
lanjut larva atau nimfa.
|
|
|
Faktor Fisik dan Biotik Lingkungan |
|
Friday, 5 February 2010
BAB IV: REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Alangkah lebih bijaksana untuk menyambung silaturahim dipersilahkan meninggalkan jejak berupa komentar,,,terimakasih..^_^