Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia tinggal dalam hitungan hari.
Sudahkah anda menentukan pilihan?. Capres dan Cawapres Nomor urut 1 atau nomor
urut 2 tentunya pilihan ada di tangan anda. Sebenarnya sampai detik sebelum
saya menulis ini, saya sudah ada satu pilihan, tapi entah kenapa saya belum
juga yakin atas satu pilhan itu. Setiap ingin mencari informasi lebih jauh di
media baik TV atau internet yang ada Cuma saling serang dan kampanye hitam alias
Black Campaign.
Bukannya
kita sebagai warga yang baik di tuntut menjadi pemilih cerdas?, memilih seorang
presiden dan wakilnya bukan berdasarkan survey
atau pencitraan belaka apalagi hanya berdasakan pertemanan dan ikut-ikutan,
tapi kita harus memilih pasangan yang akan memimpin bangsa ini berdasarkan track record nya, aksi nyata nya, berdasarkan
visi misi nya, berdasarkan latar belakang dan jalan hidupnya.
Tapi
yang sangat saya kecewakan saat saya, dan atau sebagian orang lain berusaha
menjadi pemilih cerdas justru media tidak mendukung itu, justru media dan para
simpatisan-simpatisan masing-masing calon yang terlewat simpati malah
menyuguhkan perang olok dan hujat satu dengan yang lain. Yang justru membuat
saya semakin bingung. Fitnah, ghibah, dan berita-berita sumir (sepotong)
tentang kedua calon ada dimana-mana.
Tapi
akhirnya saya bisa memantapkan pilihan saya, selain dari hasil debat capres
yang sudah dilaksanakan 3x, saya juga berterimakasih kepada Kang Beni yang men-share unek-uneknya dengan cara yang
berbeda. Melalui sebuah percakapan dia menjawab semua isu tentang salah satu
calon yang juga menjadi pilihan saya. Bukan dengan mengolok-olok calon lain,
tapi mencoba membandingkan isu-isu tersebut. Dan mencoba berbagi agar kita
tidak mudah terjebak bahkan ikut menyebarkan Fitnah, ghibah, dan berita-berita
sumir (sepotong) tersebut.
Mari
kita simak percakapan dua orang sahabat berikut:
Ini
adalah percakapan dua insan manusia, Paijo dan saya. Paijo adalah teman saya
sejak kecil. Meskipun umurnya sedikit lebih muda dari saya, kami sering main
bersama, mandi di sungai Bengawan solo atau berburu burung hanya untuk mencari
kesenangan. Maklum saat itu jarang ‘hiburan’ dan permainan. Yang punya televisi
sekampung paling cuma satu dua orang, hitam putih pula. Namun sejarah
memisahkan kami ketika saya memilih sekolah di sebuah sekolah kejuruan,
sedangkan dia di sekolah umum. Perpisahan pun berlanjut ketika dia melanjutkan
kuliah ke sebuah perguruan tinggi, sedangkan saya harus bekerja.
‘Pertemuan’
antara kami terjadi seiring hiruk pikuk pemilihan presiden tahun ini (2014)
dimana calon yang ada adalah Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Namun rupanya pilihan
kami berbeda. Latar belakang, suasana kebatinan dan pilihan politik
masing-masing menghasilkan pilihan yang berbeda. Dia lebih memilih nomor 1, sedangkan
saya memilih nomor 2. Hal
ini pun semakin diperjelas dari status, share, dan like yang dia lakukan di
akun facebook miliknya. Sebenarnya saya tidak pernah sekali pun
meladeni aktivitas dia di facebook yang berkaitan dengan Pilpres. Namun
semakin hari menurut saya apa yang dia share dan like lebih mengarah ke ghibah,
sumir, bahkan fitnah. “Awas lho Jo, kalau ketemu tak ladeni kamu”,
pikirku.
Saat
pulang kampung saya berkesempatan bertemu dengannya. Di awal pertemuan kembali
antara kami tidak terjadi percakapan yang serius, sekedar berbagi pengalaman
masing-masing. Tadi malam malah kita ngobrol bersama perihal Reuni. Namun hari
ini sepulang dari warung jalan kaki menuju rumah, saya mendapati dia sedang
asyik duduk di pos kamling sambil asyik mainin HP
miliknya. “Mmmh, sepertinya dia sedang asyik bersosial-media”, pikir saya. Saya
hampiri dia sembari menyapa.
“Assalamu’alaikum
Jo! Piye kabarmu apik to?” tegur saya sambil menyodorkan jabat tangan.
“Wa’alaikum
salam Mas. Alhamdulillah sae-sae kemawon” jawabnya sembari menjabat tangan saya
dan melihat saya dari atas-bawah. “Bagaimana rencana reunian yang
kita bicarakan tadi malam”, tanyanya kepada saya.
“Masih
nunggu respon teman-teman yang lain” jawab saya. “Kamu mesti lagi fesbukan ya?”
“Nggih mas bro. ‘Kan kita harus aktif menyampaikan kebenaran”, ujarnya dengan semangat.
Wah
ini mesti arahnya ke Pilpres. Niatan untuk langsung menuju rumah pun saya
urungkan. Ini mungkin kesempatan saya meladeni si Paijo.
“Wah
kebetulan nih Jo. Bagaimana kalau kita diskusi masalah Pilpres. Kamu kan sudah
memantapkan pilihan untuk nomor 1″ ajak saya sembari duduk di samping Paijo.
Pos kamling ini terlihat sudah sangat tua dibandingkan dengan saat dulu saya
dan Paijo kecil sering bermain di dalamnya.
“Monggo mas. Saya sangat senang berdiskusi. Saya mantap pilih nomor 1. Mas e juga
kan?”, ujar Paijo sambil memasukan HP nya ke saku.
Rupanya
dia belum tahu pilihan saya. Maklum, saya tidak pernah posting apa pun terkait
Pilpres. Apalagi share dan like link-link yang berkaitan dengan pilihan saya.
Tadi malam saya update profile “I
stand on the right side“. Namun sepertinya dia belum menyadari hal
tersebut.
“Sebenarnya
nomor 1 itu baik Jo, tapi saya lebih memilih nomor 2″ ujar saya sedikit
berdiplomasi. Muka saya anggukan menunjukan ke gambar Jokowi-JK yang menempel
di dinding pos kamling di sisi sebelah Paijo duduk.
Nampak
air muka Paijo sedikit menggambarkan kekecewaan. “Kenopo mas? ‘kan
sebagai seorang muslim kita wajib memilih nomor 1. Ada bahkan ulama yang
mengharamkan memilih nomor 2 lho mas”
“Ya
itu lah Jo, kita sering berpegangan kepada aturan yang sama, dalil yang sama,
tetapi hasil akhir sering kali berbeda”, timpal saya. “Ayo kita bahas saja
point-point nya saja. Bagaimana kalau kamu yang mulai menjelaskan kepada saya
kenapa memilih nomor 1″, tantang saya.
“Sebenarnya
nomor 1 dan nomor 2 itu tidak ada yang ideal yo mas”, ujarnya memulai diskusi.
“Tapi karena harus memilih di antara dua, ya saya pilih nomor 1″
“Sama
dengan saya Jo. Jadi di point ini kita sepakat ya”, timpal saya.
“Saya
pilih Prabowo karena Jokowi
tidak layak jadi Presiden Mas.
Pertama, Jokowi itu tidak amanah.
Dia melanggar sumpah jabatan. Belum menyelesaikan jabatan di Solo sudah
jadi Gubernur. Terus belum selesai Gubernur sudah nyapres. Kalau sudah jadi
Presiden apa nanti dia akan nyalon jadi sekjen PBB gitu? Ini kan tidak benar.
Bahaya Mas kalau pemimpin seperti dia.”
“Masak
sih?” kata saya sambil nyengir. “Yang bawa Jokowi ke Jakarta siapa? Prabowo
kan? Seharusnya kan kamu pertanyakan juga sikap Prabowo”
Paijo
diam seperti sedang berpikir untuk menyikapi pernyataan saya.
“Prabowo
jelas melanggar sumpah ‘jabatan’ makanya Prabowo diberhentikan dari militer.
Kalau kamu pertanyakan
sikap Jokowi yang terus promosi, bagaimana dengan Hatta Rajasa yang belum
selesai menjabat menteri sudah nyawapres?
Jika kamu tidak pilih nomor 2 karena
Jokowi tidak amanah, maka kamu juga jangan pilih Nomor 1″ tambah saya lagi.
“Kamu
partisan partai apa?” saya beranikan diri bertanya pilihan partai Paijo
“Pojok
kanan atas mas bro” jawab Paijo
“Oh
sama dengan saya. Pemilu 2009 saya partisan itu”, tambah saya. “Nah kamu tahu
tidak partai tersebut mencalonkan 3 orang; 1 orang ketum parpol, 1 anggota
DPR, 1 gubernur?” tanya saya
Paijo
menimpali “Tahu Masbro”
“Terus
apa kamu mau bilang Capres dari partai itu juga tidak amanah? Di sini kita harus
adil. Kalau kamu permasalahkan Jokowi, maka kamu harus juga permasalahkan HATTA, AHER, HNW, dan ORANG-ORANG LAINNYA YANG TIDAK AMANAH“.
“Ya
sudah, sekarang kita ke point berikutnya Mas. Jokowi itu masalahnya bukan
sekedar tidak amanah,
tapi Jokowi ingkar
janji. Hatta dan yang dicapreskan dari partai saya tidak
pernah berjanji untuk terus menjabat Mas” lanjut Paijo.
“Di
mana kamu tahu janji Jokowi untuk jadi Gubernur 5 tahun?” tanya saya.
“Di
sini kang LINK”
“Janjinya apa?”
tanya saya lagi
“Jokowi
dan Basuki komit untuk memperbaiki DKI Jakarta dalam lima tahun ini” jawab Paijo.
“Kalau
saya bilang begini, Jokowi jadi presiden tapi tetap komit memperbaiki DKI
Jakarta, apakah itu melanggar janji?”
“Ya
iya sama aja!” kata Paijo.
“Tapi kan yang
dia janjikan komitmen 5 tahun, bukan Gubernur 5 tahun” timpal saya.
“Ya
sama saja Mas. Dia kan juga nyebut gak mikir copras-capres, fokus ngurus
rusun, MRT, dan lain sebagainya”
“Itulah
perlunya Khusnudzon atas pernyataan orang. Secara tekstual kata dan
kalimat tidak ada yang salah dengan ucapan Jokowi. Dia tidak berjanji jadi
Gubernur 5 tahun kok. Kita tahu kok JOKOWI TIDAK KOMIT JADI GUBERNUR 5 TAHUN, meskipun dia
komit untuk membangun Jakarta. Masalah copras-capres gak mikir, mungkin saat
itu dia tidak tahu apa bisa nyapres apa tidak. Kan tergantung partainya juga”,
ujar saya.
“Bagaimana
dengan
fakta bahwa
Jokowi itu antek asing, aseng dan yahudi.
Ada agenda
asing dibalik Jokowi Mas. Saya ngeri membayangkan jika Jokowi jadi Presiden.
Bisa-bisa Amrik akan lebih menguasai sumberdaya kita”. Paijo melontarkan point
berikutnya.
“Fakta!?” tanya saya
“Iya Mas, dia kan sebelum nyapres sudah Sowan ke kedubes asing”
“Sepertinya
kamu harus bisa membedakan fakta dan persepsi atau opini Jo” kata saya, Jokowi
bertemu dubes adalah fakta, sedangkan Jokowi antek asing adalah persepsi
yang tergantung hasrat kita masing-masing.”
“Dulu
waktu jadi Presiden, Megawati menjual aset-aset negara Mas. Megawati sudah
menjual negara kita lho Mas”, ujar Paijo bersemangat.
“Mau
tidak saya kaitkan Prabowo dengan lumpur lapindo, kasus impor sapi, atau
korupsi haji?”, tanya saya
“Apa
hubungannya Kang? Lumpur itu kasusnya ARB, impor sapi itu urusan mantan ketum
Partai saya, korupsi haji itu kasus partai hijau. Gak ada hubungannya dengan
Prabowo”, ujar Paijo
“Ya
sudah, itu jawabannya. Yang dilakukan ketum partai pendukung itu urusan mereka
masing-masing. Yang dilakukan megawati itu juga urusan dia, bukan urusan
Jokowi. Tapi lihat sisi baiknya, Jokowi sudah mencoba memberikan solusi untuk buyback aset2 yang terlanjur
terjual kok”, balas saya. “Lagi pula kamu pakai standar ganda gitu. Kemarin
kamu dukung Sri Mulyani. Katamu kebijakan tidak bisa dipidana, apalagi situasi
dan kondisi memang mengharuskan Sri Mulyani melakukan bailout Bank Century.
Terus saat Megawati terpaksa menjual aset karena situasi negara sedang perlu
modal, kamu terus menghujat dia. Meskipun target hujatan adalah Jokowi
toh”. Bukan kah itu semua atas persetujaun DPR/MPR.
“Tapi
kalau Prabowo kan sangat anti asing Kang” Paijo
berusaha menambah argumen
“Sudah
nonton VIDEO yang
menyatakan Prabowo pro Amrik? Di situ jelas-jelas disebut bahwa Amerika akan
mendapatkan HAK-HAK KHUSUS jika Prabowo dan Gerindra menang” jelas
saya lagi. “Bagi saya tidak masalah Prabowo berusaha mendapat dukungan asing
sebagaimana tidak masalah juga Jokowi melakukan hal yang sama. Namun jika
menurutmu itu masalah, silakan permasalahkan keduanya. Jangan cuma Jokowi yang
dipermasalahkan” imbuh saya.
“Kalau
Jokowi antek aseng bagaimana Mas?” timpal Paijo. “Dia itu antek aseng yang
Katolik dan Protestan. Ada bukti dia itu ditunggangi oleh mereka”
“Mana
buktinya” tanya saya
“Di
LINK ini Mas”
“Kamu
jangan langsung percaya suatu berita. Tidak ada satu orang pun yang selalu
benar dan selalu salah. Kita harus kritis terhadap kabar dari mana pun dan
jangan langsung percaya. Cari berita pembanding sebanyak-banyaknya. Siapa tahu
ada agenda politik di balik si penulis atau media yang bersangkutan. Kalau saya
balikan bagaimana? Kamu tahu ‘kan konglomerat pendukung Prabowo adalah adiknya,
Hashim Djojohadikusumo? Baca dulu tentang adiknya LINK1 dan LINK2. Apa boleh saya sebut Prabowo juga antek Kristen?
Tidak boleh dong. Begitu pun dengan Jokowi”
“Memang
siapa yang tidak boleh berfoto dengan James Riyadi? Di SINI banyak orang berfoto dengan James Riyadi tapi gak kita
ributkan. Kabar yang sepotong jangan lantas jadi kesimpulan”
“Tapi
kan yang lebih parah ada Yahudi di balik Jokowi Mas “, balas Paijo.
“Jo,
kamu jangan selalu menarik ujung semua masalah umat ke Yahudi. Jika pos kamling
ini roboh akan kau salahkan Yahudi juga? Lebih mudah menarik garis dari Prabowo
ke Yahudi dari pada Jokowi. Ibunya Prabowo adalah keturunan
Jerman-Manado. Kok bisa saat dulu itu ada keturunan Jerman di Manado,
biasanya kan keturunan Belanda? Kalau pikiran konspirasi mu bermanin, tentu
kamu akan langsung menghubungkan Ibunya Prabowo dengan YAHUDI
DI INDONESIA. Mudah sekali. Tapi kita dilarang melakukan itu.
Semua informasi yang tidak pasti itu adalah kabar dari orang
fasik, yang dilarang untuk dipercaya apalagi disebar luaskan” jelas saya.
Paijo
sedikit diam. Mungkin sedang mencoba mencerna penjelasan saya atau mencoba
menggali isu baru.
“Kamu
tentu tahu isu bahwa orang tua Jokowi adalah Cina? Percaya tidak kamu muka
ndeso kayak gitu bapaknya cina? Lihat tuh mukanya Hashim yang oriental. Mengapa tidak kamu cari
informasi apakah dia keturunan cina apa bukan terus kaitkan dengan Prabowo.
Bagi saya Jo, jangan lah kita mencari-cari Prabowo atau Jokowi itu keturunan
cina atau apa pun leluhurnya. Kita tidak boleh rasis. Yang penting mereka
seiman ya sudah” papar saya lagi.
“Ada
lagi nih Mas. Jokowi
itu kan Islam nya gak jelas. Wudhu saja gak tahu. Bacaan
Shalatnya saja gak jelas gitu Mas?” tambah Paijo.
“Terus
kamu kenapa tidak pernah cari tahu Keislaman Prabowo? Tidak ada referensi sejarah dia lekat dengan Islam. Ibunda beliau seorang kristen, Begitu pula dengan adiknya juga seorang kristen. Kok kamu menutup mata akan hal itu
dan malah mencari-cari masalah keIslaman Jokowi? Bagi saya, ini persepsi saya,
keIslaman Jokowi dan Prabowo itu sebanding jadi tidak bisa dijadikan point
keputusan memilih.
Dua-duanya dari partai nasionalis, orang nasionalis, tidak
dekat dengan Islam. Sekarang-sekarang saja mereka terlihat agamis”.
Saya
pun mencoba melanjutkan “Jokowi adalah muslim, maka dia adalah saudara
kita. Saya kasihan sekali dengan Jokowi. Sampai2 dia harus membagi
foto-foto shalat dan naik haji untuk menangkis isu-isu tersebut. Setelah dia
membagi foto untuk mematahkan isu, terus kita sebut dia riya, pamer.
Padahal
kalau Jokowi mau riya, tentu harusnya foto-foto tersebut dikeluarkan dulu-dulu
saat nyalon Gubernur dituding Ibu jokowi kristen oleh Rhoma Irama. Padahal kamu tahu
jika seseorang menuduh saudaranya seiman kafir padahal tidak, maka kekafiran
itu akan berbalik kepada dirinya”, jawab saya.
“Ya
tapi itu kubunya Jokowi kan keterlaluan mempermainkan agama Mas. Masak nantang
baca Quran segala”
“Lah
itu salah orang-orang seperti kamu dan orang-orang yang terus menyerang keIslaman Jokowi.
Dibalikin begitu saja langsung kita hujat padahal asal mula hujatan adalah dari
siapa juga. Lha sekarang mana isu agamanya Jokowi kok hilang begitu saja kan?
Apa mau dibilang Prabowo memang gak bisa ngaji jadi keislamannya meragukan?
Kita tidak boleh seperti itu terhadap keduanya”
“Kalau
ini gimana Kang, Jokowi
kan produk pencitraan sejati. Dia adalah produk dari
pencitraan. Jadi Gubernur dompleng mobnas esemka. Jadi Gubernur ke mana-mana
bawa media yang notabene dikuasai kaum kafir dan asing” ujar Paijo.
“Benar
kah demikian, benarkah media itu yang bawa Jokowi?” tanya saya kepada Paijo.
“Bener Mas. Coba lihat berita-berita saat dia baru jadi Gubernur. Kemana-mana bawa
wartawan. Ini sebenarnya produk yang sengaja dibuat. Ada grand design di
belakang Jokowi. Coba baca di LINK ini Kang”
“Jo…
Jo. Sepertinya kamu sudah mempercayai kabar dari orang fasik. Kalau kamu ikut
menyebarkan dengan like atau share di facebook berarti juga kena penyakit
hati”.
Saya
melanjutkan, “Saya tidak percaya Jokowi pencitraan seperti yang orang INI sebutkan. Jokowi tidak punya media. Media
mainstream yang punya siapa? TVOne dan VivaNews punya bakrie yang pro Prabowo,
Trans dan Detik punya Chairul Tanjung teman dekatnya Hatta, Media Indonesia dan
MetroTV punya Surya Paloh yang baru kemarin saja dukung Jokowi, Sindonews dan
RCTI/MNC Group punya Hary Tanoe. Kalau saya melihat, salah wartawan sendiri
kemana-mana ikut Jokowi. Tapi kalau kamu termakan kabar dari itu ya itu salahmu
sendiri”.
Saya
pun coba sedikit membalikan, “Terus Prabowo beriklan selama 6 tahun untuk jadi
presiden itu bukan pencitraan? Jelas-jelas dia bayar media demi citra dirinya
itu gitu. Terus masalah Pembebasan Wilfrida, apakah Prabowo bukan pencitraan
menurutmu? Bagi saya Jokowi dan Prabowo tidak melakukan pencitraan. Kita saja
yang terlalu suudzon terhadap salah satu atau keduanya. Kalau kamu
permasalahkan pencitraan Jokowi, maka permasalahkan juga dong Prabowo”
“OK Mas, kita lewati point tersebut. Sekarang kita lihat, di belakang Jokowi ada Yahudi dan
Syi’ah lho kang. Saya khawatir kepentingan non Muslim akan
diprioritaskan. Terlebih JASMEV sudah menyebutkan bahwa
jika Jokowi berkuasa, ISLAM TIDAK AKAN DIBERI RUANG“.
“Jo,
tidak perlu ke Yahudi lagi ah. ‘Kan sudah saya sebutkan bahwa Prabowo lebih
mudah ditarik-tarik ke Yahudi, baik melalui keturunannya maupun rekan KONGLOMERATNYA, ataupun KADERNYA. Tapi kan itu semua kabar fasik. Saya tidak yakin
ada Yahudi di belakang Prabowo. Kita harus teliti dulu berita-berita
seperti itu, baik tudingan ke kubu Prabowo maupun Jokowi” ujar saya.
“Terus
yang Syi'ah di belakang JOKOWI gimana mas?”
“Kamu
sudah mulai pakai bahasa propaganda itu Jo. Saya yakin Jokkowi tidak tahu
menahu kalau orang-orang Syi’ah mendukung dia. Saya baca di koran bahwa
Jemaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) mendukung Jokowi. Terus jika
IJABI dukung Prabowo, apakah Prabowo akan menolak? Tentu tidak. Prabowo
jelas-jelas pejuang bhineka tunggal ika dan buktinya PRABOWO SANGAT MENDUKUNG AHOK sebagai pemimpin di
Jakarta. PRABOWO akan melindungi Syi’ah dan Ahmadiyah kok.
Keduanya, Prabowo dan Jokowi tidak akan menolak siapa pun yang mendukung,
apakah katolik, protestan, budha, hindu, syi’ah atau ahmadiyah. Respon Jokowi
dan Prabowo itu sama dalam isu ini. Apakah boleh kita mengkampanyekan ada
agenda kristen di balik Prabowo karena Hashim adalah juga dedengkot kristen?
Tentu tidak bisa. Begitu pun dengan Jokowi”
Sejenak
saya diam dan menarik nafas sebelum melanjutkan. “Mengenai Jasmev, menurut saya
itu adalah fitnah. Boleh kita membenci Jasmev, tapi kita tetap harus berlaku
adil terhadap mereka. Saya tidak suka Jasmev karena profil komandan dan
penggiatnya. Tapi tidak lantas kita boleh berbuat tidak adil
terhadap mereka. Akun jasmev yang benar bukan @JasmevNew2014,
melainkan @Jasmev2014.
Apa boleh kita memfitnah orang lain karena dia tidak segolongan dengan
kita? Siapa pun yang telah melakukan itu, maka dia telah melakukan fitnah yang
sangat keji terhadap Jasmev.”
“Tapi
saya masih tetap ragu dengan Jokowi Kang. Bagaimana dengan
‘Jokowi adalah boneka partai
Saya tidak ingin dipimpin oleh Presiden Boneka” taya Paijo.
“Dari
mana kamu dapat istilah tidak patut seperti itu? Bukankah kita diajarkan
berbuat baik dan berlaku adil meskipun kepada orang yang kita benci?” saya
tidak kuasa menahan ketidaksukaan saya terhadap ucapan Paijo.
“Prabowo yang
sebut CAPRES BONEKA” jawab Paijo.
Oh,
pantes capres mu saja tidak bisa menjaga ucapannya. Pendukungnya pun
ikut-ikutan seperti INI dan INI, gumam saya dalam hati.
“Kamu
mau tidak kalau saya sebut Prabowo boneka PAN, PKS, PPP dan Golkar. Tanpa
partai-partai tersebut Prabowo gagal nyapres lho. Prabowo tersandera
kepentingan partai-partai tersebut. Kalau ditarik2 pakai caramu, itu artinya
dia capres boneka. Ini ada omongan orang yang pro Jokowi tentang CAPRES BONEKA. Ini bukan pendapat saya, cuma
sebagai pembanding buatmu saja. Terus apa kamu masih ingat tiga orang yang
dicalonkan dari partai kanan atas itu? Apakah mereka capres boneka? Mereka
hanya menyanggupi amanah untuk dicalonkan oleh partai. Mau kamu menyebut mereka
Capres Boneka juga?”, kilah saya. “Kamu pilih Nomor 1 karena partaimu
mengarahkan mu ke situ kan? Kamu boneka, boneka partai ha..ha..”
Paijo
pun turut tertawa tapi agak kurang lepas mungkin juga sekaligus mikir bagaimana
membantah bahwa dia bukan boneka partai.
“Tapi
Jokowi selain boneka partai juga boneka mega. Lihat nih kang, Jokowi SUNGKEM KE MEGA” Paijo menambahkan.
“Begitu
saja kok dipermasalahkan Jo. Meskipun saya pribadi tidak setuju dia melakukan
itu, khusnudzon saja lah. Mungkin Mega sudah dianggap kakak sendiri. Bukan
berarti dia itu boneka nya Mega. Daripada Prabowo SUNGKEM KE KUBURAN Pak Harto“, balas saya.
Kali
ini Paijo tertawa lepas.
“Saya
yakin kalau Jokowi yang melakukan itu maka media propaganda lawan jokowi akan
menyoroti sangat luar biasa. Jokowi ziarah ke makan Soekarno, dikatakan
Syirik. Saya juga tidak setuju Prabowo sungkem ke kuburan mantan mertua
seperti minta izin untuk nyapres gitu. Namun kalau kita husnudzon saja,
mungkin Prabowo sungkem kuburan Pak Harto mungkin menghargai mantan
mertua. Jika prasangka kita ke Prabowo positive saja, ya mari kita juga
berprasangka positif ke Jokowi masalah sungkem dan boneka ini”.
Sesaat
pos kamling menjadi sepi karena saya dan Paijo sama-sama terdiam. Sesekali
suara motor dan mobil yang lalu lalang di depan pos saja yang terdengar. Kaki Paijo
sesekali digunakan menendang kerikil yang menghampar di depan pos kamling.
Tidak lama Paijo memecah kesunyian.
“Maaf
nih Mas, sepertinya akang anti
sama media-media yang sering mengkritisi Jokowi. Padahal
kritik itu kan penting Kang. Terus media-media tersebut kan media Islam?”,
tanya Paijo.
Saya
menengok ke arah Paijo sesaat. “Banyak media yang mengaku mengatasnamakan Islam
tapi menggunakan cara-cara tidak islam dalam pemberitaan politik. Media-media
tersebut sangat membantu kita saat membagi informasi masalah keimanan,
ibadah, beramal baik dan sebagainya. Namun jika sudah membahas politik, banyak
kemungkinan penulis dan atau medianya tidak netral dan cenderung menjadi media
propaganda, menjadikan dugaan sebagai fakta, kemungkinan sebagai kenyataan,
keinginan sebagai kebenaran. Kabar-kabar dari orang fasik dan bahkan
fitnah sering dijadikan alat perjuangan mereka. Media-media seperti itu sering
disisipi tulisan propaganda”.
Paijo
mengernyitkan dahi. Mungkin tidak percaya saya sampai berpendapat begitu.
“Cirinya
mudah saja mengenali media sudah dijadikan alat propaganda. Pertama mereka
tidak berlaku adil terhadap lawan, padahal kita diharuskan berlaku adil bahkan
terhadap orang yang kita benci. Kedua, arah pemberitaan seragam dan bisa
berubah sesuai situasi politik. Mereka menjelekan si A dan memuji si B secara
masiv, dengan berbagai media agar terlihat random padahal orang2nya sama. Namun
jika arah politik berubah, media tersebu bisa berbalik memuji si A. Ketiga,
media-media tersebut berisi informasi yang sumir, tidak terkonfirmasi
kebenarannya dan lebih banyak berisi kesimpulan yang dipaksakan sesuai hawa
nafsu mereka saja. Terkadang informasi yang dimuat seperti sinetron, si penulis
bisa menuturkan suatu persoalan seperti dia mengetahui dengan jelas dan menjadi
saksi peristiwa”, lanjut saya.
“Nih
saya beri contoh sederhana bagaimana media telah berlaku tidak adil. Coba
lihat gambar INI. Harusnya kita menangis, bukannya tertawa melihat
gambar itu. Media tsb sudah berlaku tidak adil. Orang-orang yang ikut
menyebarkannya juga telah berlaku tidak adail, padahal saya yakin mereka tahu
itu dilarang dalam Islam. Itu gambar diambil pada masa yang berbeda. Padahal
kamu tahu sendiri kondisi fisik prabowo saat ini tidak seperti itu lagi bukan?
Selain itu, sengaja dipilih foto saat Jokowi mati gaya. Jangan lah
kita memanipulasi. Jangan kita memperolok-olok orang lain karena orang lain
tersebut belum tentu lebih baik dari kita. Gambar ini lebih adil menurut saya INI atau INI“, papar saya
Paijo
masih terdiam. Saya lihat dia masih tidak yakin atas apa yang saya sampaikan.
“Mau
contoh yang lain. Coba baca berita berikut INI. Terlepas dari media di belakangnya, yang jelas posting
berita tersebut tidak mengikuti kaidah-kaidah islam. Kita harus melihat berita
per berita. Tidak bisa kita generalisir satu media isinya benar semua atau
salah semua. Meskipun media yang memuat berita tersebut mungkin telah banyak
memberikan manfaat bagi dunia islam, tapi jika suatu berita dibuat dengan cara
yang tidak benar, akan saya sebut tidak benar. Benar tidak nya berita tersebut
bukan masalah isi, melainkan cara membuat. Apakah bisa kita menyandarkan
informasi menyangkut seseorang hanya berdasarkan informasi seseorang yang lain?
Di situ disebut sumber berita adalah sebuah akun facebook yang katanya mantan
Timses Jokowi waktu nyalon Gubernur. Lha wong Prabowo dan Hashim (adik Prabowo)
saja Timses nya Jokowi waktu itu toh? Kita wajib menelisik kebenaran suatu
informasi, bukan karena informasi tersebut sangat kita sukai lantas kita
sebarkan! Tidak ada sedikit pun ruang bagi ‘tertuduh’ untuk menyampaikan
counter-informasi. Media-media yang sering disebut kafir saja masih sering
menyajikan hak jawab dari pihak yang diberitakan. Bagaimana sebuah berita di
media islam telah secara gegabah dibuat”, saya sedikit berpanjang lebar.
“Termasuk
kalau kita menyebarkan berita di facebook ya Kang?”, tanya Paijo
“Benar
sekali. Jika kita share berita yang kebenarannya masih meragukan, kita bisa
terjebak menyebarkan kabar orang fasik. Lebih parah lagi jika kemudian hari
berita tersebut adalah tidak benar, maka kita telah menyebarkan fitnah. Tuh
contohnya yang menimpa WIMAR. Sudah berapa lama kok saya lihat gambar itu
berkeliaran di FB. Jika kita menyebarkan hal-hal yang tidak kita yakini
kebenarannya, itu namanya menyebarkan kabar fasik, bisa menjadi fitnah. Ingat,
tanggung jawab itu adanya adalah pada diri pribadi, bukan pada sumbernya saja.
Kita tidak lepas tanggung jawab saat membagikan berita yang tidak benar”
“Tapi
nih ada satu lagi, Jokowi itu kan sekelilingya bukan orang baik-baik, sedang
Prabowo kan hampir semua orang shaleh berkumpul di Prabowo Kang. Bukan kah kita
harus melihat hal ini juga jadi pertimbangan?”, ujar Paijo.
“Apa
sudah kamu inventarisasi berapa orang yang alim dan shaleh di kubu Prabowo dan
Jokowi terus kamu bandingkan gitu? Banyak orang-orang bermasalah di kubu
Jokowi, begitu pun di kubu Prabowo. Yang bisa kita lakukan adalah berharap
bahwa Prabowo atau Jokowi tidak terpengaruh oleh orang-orang ini. Lagi pula kan
Prabowo sekarang ini saja kelihatannya alim gitu. Hal ini tidak bisa
dijadikan tolak ukur untuk memilih pemimpin”.
“Baik
kang, kita kembali ke masalah pilihan. Kalau keduanya itu kurang lebih sama
terhadap isu-isu yang kita bahas, apa
pertimbangan Mas pilih Jokowi?”, Paijo mulai bertanya
alasan pilihan saya.
“Begini,
Jo. Kita sudah sepakat Prabowo dan Jokowi itu sebenarnya sama-sama tidak ideal jadi presiden kan?
Tapi karena harus memilih dari keduanya, maka kita bandingkan keduanya
sesuai tuntunan. Beberapa yang telah disampaikan dalam Islam adalah
memilih pemimpin yang (1) beriman dan beramal shaleh, (2) tegas, (3) lemah lembut,
(4) tidak korupsi, (5) adil, (6) berpegang kepada hukum Allah, (7) diutamakan
laki-laki, (8) niat yang baik untuk jadi pemimpin, (9) menasehati rakyatnya,
(10) shidiq, (11) amanah, (12) fathonah, (13) tabligh dan sebagainya yang
mungkin saya tidak bisa menyebutkan karena keterbatasan pengetahun saya. Hadits
dan ayatnya banyak perihal ini, silakan search saja saya tidak akan copy-paste
ayat2 di sini”
“Nah
kriteria pertama tentang keimanan menarik. Katanya Jokowi jangan dipilih karena
meninggalkan pemimpin kafir di DKI”, timpal Paijo.
“Boleh
saja kita mengangkat isu itu, tapi terlebih dulu harus kita tujukan jari kita
ke Prabowo, karena dia yang gigih mencalonkan Ahok jadi pendamping Jokowi.
Terus kita harus permasalahkan juga partai kita yang melakukan hal yang sama,
mengangkat orang kafir sebagai wali/pemimpin seperti di SINI, SINI dan SINI. Satu jari menunjuk Jokowi, jari lainnya ke arah kita
semua”
“Terus
menurut Masbro, apakah point-point kriteria memilih pemimpin tersebut mendorong Masbro memilih Jokowi”, tanya paijo
“Nggak
terlalu yakin juga Jo. Dari 13 point tersebut menurut saya keduanya hampir
sama. Jokowi tidak lebih baik dari Prabowo dan pula sebaliknya. Jika kamu
menafikan informasi sumir dan fitnah yang sering kamu baca, saya yakin
kamu pun akan memiliki kesimpulan yang sama”, ucap saya sambil memandang ke
tiang pos kamling yang banyak ditempeli sticker pasangan capres. Sepertinya Paijo
juga baru nempel sticker, pikir saya. “Mungkin JK-Hatta lebih baik dari
Prabowo-Jokowi dari segi keIslaman, sepertinya lho ya”, ujar saya pula.
Saya
pun melanjutkan, “Tapi saya pilih Jokowi karena dia sudah berbuat, sedangkan
yang satunya masih berencana, Jokowi teguh pendirian, yang satunya mencla-mencle.
Ups, … maaf Jo. Saya sudah mengikuti calon mu pakai kata-kata jelek Jo hehe…”
Paijo
hanya turut tertawa.
“Lihat
bagaimana Jokowi menolak World Bank, dia juga menolak partai yang minta-minta jabatan. Itu lah pemimpin
yang tegas. Mungkin sisi niat
baik untuk menjadi pemimpin lebih ada di diri Jokowi.
Sedangkan di sisi Prabowo, kan terlihat sekali tidak tegas. Semua partai bisa
masuk ke koalasi yang Prabowo bangun asal banyak dukungan. Hari ni bilang A
besok bilang B. Hari ini bilang pemerintah sekarang pakai ekonomi liberal,
besoknya ambil Menko Ekonomi dari pemerintahan liberal menjadi cawapre. Hai ini
mengkritik pemerintahan SBY, besok memujinya. Hari ini bilang pro asing,
besoknya bilang anti asing. Tapi itu pertimbangan saya lho, jangan dijadikan
acuan” ujar saya lagi.
Kami
berdua terdiam beberapa saat merasakan semilir angin yang menembus sela dinding
kayu pos kamling. Saya tidak ada niatan menggiring Paijo untuk memilih Jokowi.
Saya hanya ingin agar dia tidak menjadi korban dan pelaku kabar sumir dan
fitnah yang bergentayangan.
“Oh
ya ada satu lagi yang membuat saya lebih memilih Jokowi”, saya kembali
membuka suara.
“Apa
itu Mas?” tanya Paijo.
“Sebaiknya
pilih lah pemimpin
yang dicalonkan, jangan memilih yang mencalonkan diri
seperti hadits berikut LINK,
yang terjemahan bebasnya
Wahai Abdurrahman, janganlah kamu meminta jabatan, sebab jika
engkau diberi (jabatan) karena meminta, kamu akan menanggung tanggungjawab
atasnya, namun jika kamu diberi (jabatan) dengan tidak meminta(nya), kamu akan
ditolong (oleh Allah), dan jika kamu melakukan sumpah atas sesuatu, kemudian
kamu melihat suatu yang lebih baik, penuhilah kaffarat sumpahmu dan lakukanlah
yang lebih baik. (terjemahan ditranslate dari English, bukan dari Bhs Arab)
(Sahih al-Bukhari 7146)”
Bahakan dana kampanye Jokowi bukan dari uang pribadi, jadi tidak ada alasan untuk beliau mengembalikan harta pribadinya. Sebaliknya dengan mengumpulkan sumbangan, maka rakyat akan merasa berkotribusi terhadap presiden yang didukungnya Tanpa Paksaan
Paijo
berpikir agak lama sebelum berujar. “Saya kok gak pernah dengar hadits itu
sekarang-sekarang ini Kang. Dulu saja sering”, ujar Paijo. “Tapi, itu kan
seperti capres boneka ya Kang. Dicalonkan partai”, ujar Paijo sambil
cengengesan.
“Hus,
kamu!” seru saya. “Itu istilah yang tidak baik dan jangan digunakan.
Pengecualian tentu ada seperti kisahnya Nabi Yusuf yang mana beliau meminta
(mencalonkan diri) menjadi bendahara, ya karena tidak ada orang lain yang
amanah dan sanggup/ahli untuk melakukannya”
“Kalau
hadits atau bahkan ayat2 Al-Qur’an tentang kriteria pemimpin yang beriman dan
beramal shaleh, dan sebagainya yang Masbro sebutkan kan banyak sekali. Tadi Masbro bilang dari kriteria-kriteria tersebut Jokowi
dan Prabowo itu sebelas dua belas ya? Bagaimana dengan hadits yang menyebutkan
‘Kalau kamu mengirim utusan
kepadaku, kirimlah yang tampan wajahnya‘?”, tanya Paijo. “Sumbernya
di SINI Kang”
Saya
terdiam sejenak sebelum berujar, “Saya tidak mempertanyakan hadits
tersebut. Yang saya pertanyakan adalah, menerapkan hadits kok maksa
begitu. Kan sudah jelas disitu adalah kriteria utusan, bukan pemimpin. Ya kalau
menurutmu Prabowo itu ganteng, paling tidak lebih ganteng dari Jokowi, maka
Prabowo cocoknya jadi utusan saja, duta besar saja, gimana?”
“Iya
juga ya Mas”, Paijo sepertinya antara setuju dan tidak.”Tapi kalau jadi duta
besar bagi Prabowo itu terlalu rendah. Dia hebat berkomunikasi. Bahasa
Inggrisnya saja yahud. Tidak seperti Jokowi. Lihat video dibagian akhir TULISAN INI Kang”, Paijo kembali berargumen
“Kamu
ikut nyebarin video tersebut Jo?”
“Iya Mas. Itu kan wajib. Kita harus tahu calon presiden kita seperti apa”
“Kamu
sudah terkena fitnah itu Jo. Jika ada kabar yang menurutmu baik bagimu, jangan
langsung dishare. Teliti terlebih dulu. Saya sudah nonton video wawancara
Jokowi dan Prabowo secara terpisah. Tidak ada yang aneh dari Jokowi. Ya memang
benar, level Bahasa Inggris Jokowi masih di bawah Prabowo. Prabowo kan sudah
mengenyam pendidikan barat, latihan militer barat. Aneh kalau dia tidak bisa
bahasa Inggris. Namun ini juga menunjukan siapa sebenarnya cenderung pro
barat”.
Saya
pun kembali melanjutkan, “Kembali ke video tersebut. VIDEO JOKOWI tersebut sudah diedit untuk tujuan
propaganda, yakni untuk downgrade Jokowi. Lihat saja jawaban-jawaban Jokowi
tidak nyambung gitu. Itu manipulasi untuk propaganda Jo. Saya malu kalau baca
berita propaganda yang sudah dimanipulasi apalagi dari pihak yang
mengatasnamakan Islam, padahal apa yang mereka lakukan jauh dari islam itu
sendiri.
“Berarti
saya sudah salah ya Mas? Saya sudah turut menyebarkan video tersebut padahal
ternyata video tersebut palsu”
“Benar
sekali Jo. Kamu salah. Kita diwajibkan meneliti semua kabar yang kita
terima. Wawancaranya asli, Jokowi tidak fasih bahasa Inggris itu asli, yang
palsu adalah manipulasi jawaban dan pertanyaan yang sengaja ditukar-tukar untuk
menunjukan Jokowi itu bodoh”.
Sejenak
kami terdiam. Tak lama Paijo memecah kesunyian, “Saya mau tanya, apakah Masbropilih Jokowi juga karena isu
HAM Prabowo?” tanya Paijo
“Mmh,
prabowo diberhentikan dari militer itu fakta. Prabowo pelaku pelanggar ham itu
adalah persepsi, indikasi, dan opini saya. Belum ada fakta otentik dia yang
menghilangkan orang. Bisa saja dia terlibat. Bisa saja tim nya yang salah
menjalankan instruksi. Opini jangan kita jadikan fakta. Saya tidak
mau ikut-ikut menyebarkan kabar fasik dan memfitnah” ujar saya.
“Tapi
isu-isu miring terhadap Prabowo juga banyak ya Mas?”, sela paijo
“Benar
sekali. Apa pun isunya baik terhadap Jokowi ataupun Prabowo selama itu adalah
kabar yang belum pasti, kabar dari orang fasik, fitnah, kita dilarang untuk
mempercayainya. Apalagi menyebarkannya.
“Ah,
saya kalau tetap pilih Prabowo Mas”, ujar paijo sambil nyengir kuda. “Dia
lebih baik dari Jokowi karena dia sudah menunjukan kegigihannya berjuang untuk
memperbaiki Indonesia. Ya termasuk membawa Jokowi ke Jakarta dari Solo”,
ujarnya kembali.
“Nah
itu bagus”, ujar saya.
“Masbro
sekarang pindah pilih Prabowo?”
“Tidak,
tidak. Maksud saya, saya setuju dengan alasanmu memilih Prabowo. Silakan saja
lakukan pertimbangan sendiri dan bandingkan point-point kriteria pemimpin yang
kamu anggap benar. Jangan lupa mohon petunjuk, lakukan shalat sebelum
memantapkan pilihan. Yang lebih penting jangan menggunakan ghibah, kabar sumir (dari orang
fasik), dan fitnah sebagai pertimbangan mu kecuali kamu ingin ikut ke golongan
mereka”
“Kalau
Prabowo yang menang gak apa-apa kan Mas?”, tanya Paijo seakan ingin menggoda.
“Hehe…
ya nggak apa-apa Jo. InsyaAllah kita semua harus dukung. Pendukung Jokowi juga
harus turut dukung jika Prabowo terpilih jadi Presiden atau
sebaliknya. Pemilu selesai tidak ada lagi kubu-kubuan”
“Baik Mas. Sepertinya hari semakin sore. Saya harus memandikan si Jangkrik
dulu. Besok saya posting lagi di group perihal Reunian kita mumpung banyak
teman-teman kita lagi pada pulang kampung ya Mas”
“Sip
Jo. Ayo kita pulang kalau begitu”, timpal saya.
“Assalamu’alaikum Masg”, ujar Paijo sambil berlalu
“Wa’alaikum
salam”, jawab saya.
Paijo
beranjak meninggalkan pos kamling. Saya masih berdiri memperhatikan perginya Paijo.
Dari kejauhan Paijo sedikit memutar badan, mengacungkan satu jari telunjuk
seraya berkata,
“Hidup nomor 1 Mas!!”.
Saya
pun mengacungkan dua jari saya.
Pada akhirnya menjadi
pemilih cerdas itu adalah dengan perjuangan, perjuangan mencari kebenaran dari
calon yang akan kita titipi amanah, perjuangan untuk memantapkan pilihan atas
dasar yang jelas bukan atas dasar survey
atau pencitraan belaka, apalagi hanya berdasakan pertemanan dan ikut-ikutan.
Mari kita pilih Prabowo-Hatta atau Jokowi-JK sesuai dengan kriteria yang
kita anggap benar. Stop ghibah, kabar fasik dan fitnah terhadap Jokowi
dan Prabowo. Satu jari menunjuk ke orang lain, sisanya menunjuk ke diri
sendiri. Berlaku lah adil meskipun terhadap orang yang kita benci.
Jangan percaya dan menyebarkan informasi yang sepotong (sumir) karena
bisa menjadi fitnah.
Semoga bagi kawan yang
berada di sisi yang sama dengan saya tapi masih ragu atas serangan-serangan
terhadap beliau, setelah membaca ini semoga menjadi semakin mantap untuk
menjatuhkan pilihan pada tanggal 9 Juli nanti.
Closing
statement:
Siapapun
yang terpilih nanti adalah pilihan rakyat dan juga sudah pasti tertulis di
Lauhul Mahfudz jauh sebelum ini. Jadi saya pun akan selalu siap mendukung
siapapun yang terpilih karena kedua pasang calon ini adalah orang-orang yang
hebat dan luar biasa
“Satu
INDONESIA-ku, Dua Presidenku”
“Salam
damai, Salam dua jari”
Sumber Percakapan: DISINI
menurut saya itu hanya masalah clasic saja
ReplyDeleteketika kita dukung ini,yang itu pasti dijelekan begitupun sebaliknya
betul,kalau kita bukan apa2anya mereka kenapa harus tohtohan belain
ReplyDeletedan akhirnya yang mendapat mandat yang nomor 2.
ReplyDeleterelax dulu aja gan dengan liburan ke pulau pahawang, dengan ikut paket wisata Open Trip Ke Pulau Pahawang. tenang, biaya untuk ikut Open Trip Ke Pulau Pahawang itu terjangkau kok. Dan kemungkinan besar puas dah buat ikut Open Trip Ke Pulau Pahawang, Apalagi yang suka pantai pasti dah ketagihan buat ikut Open Trip Ke Pulau Pahawang. Yuk ikut Open Trip Ke Pulau Pahawang......
ReplyDeletePolitik itu kejam :D
ReplyDeleteYalova
ReplyDeleteHatay
Muş
Bursa
Mersin
1KP
görüntülü show
ReplyDeleteücretlishow
PO8Y3V
ankara parça eşya taşıma
ReplyDeletetakipçi satın al
antalya rent a car
antalya rent a car
ankara parça eşya taşıma
1W8
https://istanbulolala.biz/
ReplyDeleteO68TA0
C5326
ReplyDeleteÇankaya Parke Ustası
İstanbul Evden Eve Nakliyat
Çerkezköy Kombi Servisi
Ünye Fayans Ustası
Silivri Parke Ustası
Karabük Parça Eşya Taşıma
Urfa Şehirler Arası Nakliyat
Kütahya Şehir İçi Nakliyat
Afyon Şehirler Arası Nakliyat
BF0FB
ReplyDeleteIğdır Şehir İçi Nakliyat
Çerkezköy Organizasyon
Ünye Mutfak Dolabı
Çerkezköy Korkuluk
Giresun Şehir İçi Nakliyat
Keçiören Fayans Ustası
Kripto Para Nedir
Urfa Parça Eşya Taşıma
Çerkezköy Yol Yardım
45786
ReplyDeleteBitranium Coin Hangi Borsada
Malatya Lojistik
Keçiören Boya Ustası
Sui Coin Hangi Borsada
Antalya Lojistik
Mersin Evden Eve Nakliyat
Düzce Lojistik
Batıkent Fayans Ustası
Ünye Koltuk Kaplama
FE4DF
ReplyDeleteBinance Nasıl Oynanır
Binance Hesap Açma
Binance Referans Kodu
Coin Nasıl Oynanır
Sohbet
Sohbet
Pinterest Takipçi Hilesi
Yeni Çıkacak Coin Nasıl Alınır
Periscope Beğeni Satın Al
4FC52
ReplyDeleteBitcoin Çıkarma
Threads Beğeni Hilesi
Dlive Takipçi Hilesi
Xcn Coin Hangi Borsada
Gate io Borsası Güvenilir mi
Binance Referans Kodu
Bitcoin Oynama
Bitcoin Nasıl Para Kazanılır
Görüntülü Sohbet
41A43
ReplyDeleteBitcoin Üretme
Binance Referans Kodu
Binance Referans Kodu
Telegram Abone Satın Al
Binance Hangi Ülkenin
Bitcoin Nasıl Alınır
Parasız Görüntülü Sohbet
Youtube İzlenme Hilesi
Telegram Görüntüleme Satın Al
786A8
ReplyDeleteYoutube Beğeni Hilesi
Coin Çıkarma Siteleri
Coin Nasıl Kazılır
Kaspa Coin Hangi Borsada
Kripto Para Nedir
Big Wolf Coin Hangi Borsada
Twitch Takipçi Satın Al
Telegram Görüntüleme Satın Al
Binance Ne Kadar Komisyon Alıyor
1889603EA0
ReplyDeleterocketpool
dogwifhat
bitget
moonbeam
dymension
aethir
galxe
wigoswap
kavaswap
شركة تنظيف بالاحساء Y8p4ICNc06
ReplyDelete