Setelah puas aku menikmati pemandangan sunrise yang menawan di Puncak Pananjakan, kini saatnya aku memulai pendakian Gunung Bromo. Gunung Bromo sendiri termasuk dalam jajaran Pegunungan Tengger, yang memiliki bentang alam berupa pegunungan. Terdiri dari gunung Semeru, gunung Batok, gunung Widodaren, gunung Kursi, dan gunung Bromo, yang memberikan keindahan alam yang sangat menarik.
gugusan pegunungan Tengger |
Pegunungan Tengger merupakan salah satu gunung purba yang ada di Indonesia. Awalnya memiliki tinggi sekitar 4000 mdpl, Gunung Tengger mengalami letusan dahsyat yang kemudian membentuk lima kloni gunung, salah satunya gunung Bromo. Gunung Bromo terletak di kaldera pasir gunung Tengger purba, yang oleh masyarakat sekitar disebut “segoro wedi”. Gunung Bromo merupakan satu dari dua kawah gunung api yang terletak di pegunungan Tengger.
Gunung Bromo memiliki ketinggian sekitar 2.392 meter di atas permukaan laut. Jangan bayangkan mendaki gunung ini seperti medaki gunung layaknya perjalananku ke Semeru yang lalu. Untuk jalur pendakian ke Gunung Bromo ini sudah disediakan anak tangga untuk mempermudah pengunjung menuju puncak Gunung Bromo ini. Jumlah anak tangga yang harus kita daki untuk menuju puncak sekitar 250 buah anak tangga, entahlah aku pun tidak tahu berapa pastinya karena jelas tidak ada waktu menghitungnya. jadi yang mau merasakan sensasi naik gunung tanpa harus bersusah-susah, Bromo lah tempatnya.
gunung Batok, Bromo, dan Semeru yang menawan |
Pegunungan Tengger dan Bromo tidak hanya menyuguhkan bentang alam yang sangat mempesona mata, tetapi juga kekayaan budaya masyarakat penghuninya yang dikenal dengan nama suku “Tengger”. Keberadaan gunung Bromo sebagai salah satu gunung yang aktif di gugusan pegunungan Tengger, menciptakan suatu kebudayaan yang menghubungkan antara manusia, alam dan sang pencipta.
Dalam mitologi Hindu-Jawa, gunung atau “meru” merupakan tempat para dewa dan memiliki kekuatan dasyat. Sebagai wujud rasa syukur terhadap para dewa dan untuk menjaga supaya wilayah yang ditempati terhindar dari bahaya, maka setiap tahun masyarakat suku Tengger melakukan sebuah ritual larung sesajin sebagai wujud syukur terhadap tuhan. Upacara yang dilakukan oleh masyarakat Tengger ini disebut Yadnya Kasada atau lebih di kenal dengan "Upacara Kasada" yang dilaksanakan sekitar bulan-bulan Agustus.
Pura Luhur Poten tempat ibadah warga Hindu Tengger |
Akhirnya setelah 25 menit perjalanan turun dari Puncak Pananjakan, Jip yang aku tumpangi menginjakan rodanya di Segara Wedi. dan segera Pak Ramlan mencari lokasi untuk parkir. Aku dan Rombongan diberikan waktu sepuasnya menikmati Gugusan Pegunungn Tengger ini.
Baru saja aku melangkah langsung disuguhkan pemandangan Gunung Batok yang menawan. Tampak begitu kontras dengan lautan pasir yang mengelilinginya, gunung ini tampak gagah dengan warna hijau yang menyegarkan mata. Kembali lagi ke legenda, konon katanya gunung ini awalnya adalah sebuah batok (kelapa) yang di tendang oleh Roro Anteng dan terbalik hingga menjadi gunung. Dan kata Tengger sendiri di ambil dari sebuah legenda tenta Roro Anteng dan Joko Seger.
Gunung Batok yang hijau menawan |
Dan langkahku pun terus berlanjut menuju puncak Bromo untuk menyaksikan kawah vulkanik aktif yang sering di gunakan oleh suku Tengger melarung sesaji dalam Upacara Kasada. Untuk menuju ke anak tangga yang membawa kita ke puncak Bromo ini, aku harus berjalan kaki, tidak begiti jauh untukku, hanya sekitar sekitar 1 sampai dengan 2 kilometer dari parkiran Jeep.
thats a beautiful Bromo |
Tapi bagi yang tidak kuat berjalan kaki dapat memanfaatkan jasa porter kuda yang tersedia di lokasi. Untuk tarifnya sendiri dari parkiran Jeep menuju lokasi anak tangga pulang-pergi dibandrol dengan harga Rp 75.000,00 sampai dengan Rp 100.000,00, terhantung kelihaian kita dalam menawar.
Seorang warga Tengger dan Kudanya |
Aku pun berjalan seorang diri dengan nafas yang sidikit ngos-ngosan, keran memang kondisi badan sedang kurang vit. Aku sempat kesulitan bernafas karena debu pasir vulkanik yang beterbangan ke sana kemari yang berasal dari langkah kaki pengunjung lain, debu yang terkena angin, maupun langkah kaki kuda-kuda yang lewat cukup membuatku sedikit kesulitan bernafas walaupun aku sudah tutup mukaku dengan lilitan sarung.
Sekedar berbagi pengalaman bagi sobat sekalian yang telah membulatkan tekat untuk berjalan kaki menuju anak tangga harap berhati-hati karena adanya "ranjau" kotoran kuda yang berceceran sepanjang jalan, juga dianjurkan juga untuk membawa masker atau slayer untuk penutup hidung dari debu vulkanik yang beterbangan.
Ujian berikutnya yang harus aku lewati setelah melewati area yang penuh dengan kotoran kuda dan debu vulkanik yang beterbangan adalah menaiki anak tangga. Buatku lebih baik disuruh mendaki Gunung Gede atau Pangrango naik turun, dari pada menghadapi ratusan anak tangga yang membuat dengkul panas. Karena selain naik tangga tidak ada sensasinya, juga sangat tidak nyaman bagi kaki terutama bagian dengkul.
bagi yang cape ada 3 shelter di anak tangga ini |
Anak tangga menuju puncak Bromo ini sudah dalam keadaan yang cukup rusak di beberapa sisi, belum lagi pasir vulkanik yang menutupi anak tangga menjadikan anak tangga tersebut cukup licin dilewati, aku sarankan buat sobat-sobat yang mau naik kesini untuk berhati-hati menaiki anak tangga ini.
Setelah melewati 250 anak tangga ini, dengan penuh rasa syukur aku pun akhirnya tiba di puncak Gunung Bromo dan melihat sebuah cekungan kawah yang cukup lebar dan dalam. Kawah vulkanik tersebut masih aktif, memiliki diameter sekitar 600 sampai dengan 800 meter.
exotism Bromo crater |
Sesekali memang tercium bau belerang namun tidak terlalu menyengat. Dan sekali lagi pendakian ke puncak Gunung Bromo ini sedikit membuat nafasku tersengal karena debu vulkanik yang beterbangan di anak tangga. Tapi perjuangan itu terbayar dengan pemandangan cantik dari puncak Bromo.
Di puncak Bromo ini lumayan datar dan cukup sempit, kontur tanahnya sedikit labil karena terdiri dari pasir vulkanik, dan kurangnya pagar pembatas menjadikan Anda harus ekstra hati-hati, belum lagi jika pengunjung sedang ramai Anda harus rela berdesak-desakan. Selain menikmati kemegahan kawah Bromo, kita juga dapat melihat Gunung Batok yang terletak persis di sisi samping Gunung Bromo ini.
Pemanadangan dari Puncak Bromo |
Dari atas ini pula kita dapat melihat dengan jelas sebuah pura umat Hindu Tengger, Pura Luhur Poten yang terletak di antara Gunung Bromo dan Gunung Batok. Pura dan juga jalur pendakian ke Puncak Bromo ini biasanya akan lebih ramai lagi ketika perayaan Yadnya Kasada atau Upacara Kasada yang diselenggarakan pada tanggal 14 atau 15 bulan Kasada (bulan kesepuluh) dalam penaggalan Jawa, atau seperti yang sudah aku katakan tadi jatuh sekitar bulan Agustus.
Memang tidak ada puasnya jika menikmati keindahan alam yang dianugerahkan Allah di bumi Indonesia ini. tapi apa mau dikata aku tak bisa berlama-lama di puncak Bromo, masih ada dua tempat yang harus aku kunjungi. Bukit savana dan Pasir Berbisik menjadi tujuanku selanjutnay, dan sekali lagi Bromo membuatku takjub dengan kepingan surga di tanah Khatulistiwa ini.
dan petualangan pun masih berlanjut |
Subhanallah, Indahnya pemandangan Bromo, aku juga ingin kesana, semoga tahun depan bisa terwujud ^_^ trims atas info2nya ttg pendakian.
ReplyDeleteiyaaa mbak sama-sama..
Deleteayo mumpung masih muda dan banyak waktu,,kita nikmati keindahan alam di bumi Indonesia ini :))
makasih udah mampir :))
aaaaak kapan bisa kesana ya Allah? bagus banget, ini liatnya jadi iri loh hehe
ReplyDeletepasti bisa kok..
Deletecari waktu longgar,,bualatkan niat,,kumpulakan bujet...berangkaaat...:))
Subhanallah.. cantik banget.. jadi inget dulu pernah pengeen banget naik gunung, ee.. nggak jadi (sampai sekarang) :D
ReplyDeletegak papa,,yang penting masih bisa menikmati keindahan2nya disini :))
Deletemakasih udah mampir :))
perjalanan panjaaang, susaaaah tapii punya nilai kepuasan yang gak bisa di tuker sama apapun yahh :D
ReplyDeleteiyaa sayangnya kurang seru karna nge bolang sendirian -___-
DeleteIndah sekali gan..
ReplyDeleteobat jantung aritmia
Ijin share gan obat benjolan di ketiak
ReplyDelete