Wednesday, 28 August 2013

MAHAMERU: Perjalanan Menuju Puncak Para Dewa (Bagian 2)

--Perjananan Menuju Surga—

Tanggal 16 Agustus 2013

Ranu Pani di pagi hari
Dipeluk dinginnya pagi di Ranu Pani, kami bersiap untuk santap pagi dan menyiapkan diri menuju puncak abadi para dewa. Menu pagi itu adalah sayur sop hasil kolaborasi Chef Ayi dan Chef eNeng. Buatku ini adalah menu termewah yang pernah aku nikmati selama hampir 5 tahun mendaki gunung. 

Sekitar pukul 09.30 pagi kami semua mendaftarkan diri ke Pos Informasi, menyerahkan sejumlah persyaratan administratif, memang sedikit molor dari jadwal, tapi tak apalah lah yang penting sekarang surat izin pendakian Gunung Semeru sudah ditangan.

Sarapan pagi bersama di Ranu Pani
Barulah sekitar pukul 11.00 pendakian benar-benar dimulai. Jalur pendakian Semeru yang akan kami lalui adalah Ranupane – Waturejeng – Ranukumbolo – Oro Oro Ombo – Cemoro Kandang – Kalimati – Arcopodo – Puncak Mahameru. Sedang target pendakian kami hari ini adalah sebuah surga yang ada di kaki Semeru; Ranu Kumbolo.

Bersiap melangkah menuju Ranu Kumbolo

Antara Ranu Pane menuju Ranu Kumbolo adalah jalur yang tepat untuk berbagi waktu dengan alam, bercengkrama dengan hangatnya belantara. Perlahan dalam kelandaian panjang ketinggian pun bertambah, sejenak menurun memberi jeda kepada tubuh untuk tidak kehilangan tenaga secara berlebihan. 

Langkah menuju Pos pertama terbentang rapi jajaran paving block buah karya manusia, beberapa sisanya digeser lembut oleh vegetasi yang tumbuh dari bukit menuju lembah. Alam memang tak bisa dipaksa begitu saja. Dia punya cara tersendiri dalam menanggapi apapun.

Barisan jurang dan cerukan membentang di sisi kiri. Terik mentari siang itu menerobos lembut diantara lebatnya vegetasi, tak terasa keringat mulai membasahi tubuh, udarapun semakin lama semakin dingin, tetapi diselimuti teriknya sang mentari yang tepat bersinar diatas kepala. Sesekali tumbuhan membentuk lorong temaram dari akar dan ranting, ada beberapa pohon tumbang yang menutupi jalur pendakian. Udara dihirup dengan intensitas lebih banyak dan lebih rapat.

Pos Pertama
Satu pemberhentian telah terlampaui, jalur yang mulanya landai perlahan mengikuti kontur yang mulai menanjak, tenaga manusia bukan hal mutlak, perlahan ia pun mulai terkuras. Dari sini Tim mulai terpisah sesuai amal dan perbuatan, maksudnya sesuai dengan kekuatan dan kecepatanya masing-masing. Dan aku pun berjalan paling depan bersama 4 orang lainnya mas Iful, Middi, Rini, dan Karla

Pos kedua
Kali ini tidak ada rasa hening yang biasa kurasakan setiap kali bersua dengan alam. Ramanya pendaki hari itu, yang seolah ”berlomba” menuju Mahameru membuatku sedikit menyapa alam.

Belantara, apakah kau tak lagi merasa sepi?
Ratusan, bahkan ribuan orang menemanimu hari ini.
Alam, apakah kau merasa bahagia?
Mereka yang “mengaku” mencintaimu menapkkan jejaknya di hatimu
Aku berharap
Semoga Hanya jejak yang mereka tinggalkan
Semoga hanya gambar yang mereka ambil
dan semoga hanya waktu yang mereka bunuh
Alam, selama aku bisa, aku akan selalu menjaga dan mencintaimu

Ribuan detik telah berlalu, tapi perjalanan masih jauh. pos 1 yang berada di sebuah persimpangan telah terlewati, pos 2 yang berdiri di punggung sebuah bukit dengan jalur yang datar pun telah jauh ditinggalkan. Langkah pun terus berlanjut menuju Pos 3.

Watu Rejeng yang menawan
Jejak langkah terus mengayun mengikuti jalur yang terus melipir di sepanjang tebing ini hingga sebelum tiba di Ranu Kumbolo. Mulai dari Watu Rejeng jalur pendakian mulai bervariasi dengan jalan – jalan menanjak walaupun masih didominasi dengan medan yang landai. Jalan terus menanjak hingga tiada terasa sampai juga kami di Pos 3.

Bangunan Pos 3 yang sudah usang
Bangungan Shelter Pos 3 telah roboh atau entah sengaja dirobohkan dan menyisakan bagian atapnya saja. dibelakang Pos 3 terbentang Tanjakan Bakri, tanjakan yang cukup terjal dan sepertinya akan menguras banyak tenaga. Kami berlima pun mulai merapat.

Aku yang berjalan paling depan sedikit terkejut, karena selama ini kami melewati jalur yang landai tiba-tiba berhadapan dengan tanjakan yang cukup tinggi dan panjang. Aku pun berbalik arah, membuat Middi dan yang lain kaget.


“kenapa apa ki kok balik, rame banget ya shelternya?” tanya Middi

“liat aja sendiri noh”
“ampun deh,, kirain apaan ternyata tanjakkan”
“ane mau duduk-duduk dulu ngisi tenaga,,kaget kan habis landai tiba-tiba ada tanjakkan” 

di sisi sebelah kiri sayup-sayup di balik awan muncullah sang Mahameru yang gagah menjulang, menunjukkan guratan yang mebuat hati bergetar. Sungguh luar biasanya ciptaan-Nya ini. sebuah tanah yang menjulang diatas ketinggian.

Mahameru dibalik awan
--Surganya Gunung Semeru--

Selepas Tanjakan Bakrie kami pun kembali bisa bernafas lega, masih ditemani teriknya mentari yang perlahan mulai menepi, jalur pendakian bisa dibilang landai mendatar dan melipir hingga ke akhirnya kami pun tiba di sebuah ”Taman Surga”. Sebuah tempat yang selama ini gambarannya hanya ada dalam benakku saja, kini terhampar indah di depan mata.

Surganya Gunung Semeru
Jam di HP menunjukkan pukul 03.00 ketika kami berlima tepat menginjakkan kaki di atas dari sebuah taman Surga di jalur menuju Mahameru; Ranu Kumbolo. Riak airnya yang lembut memancarkan kedamaian, lakasana cermin memantulkan bayangan hijaunya pepohonan disekitarnya. Kami berlima pun sejenak melepas lelah, diselingi sedikit canda sambil menikmati keindahan Ranu Kumbolo dari ketinggian.


“Mid, ente masih punya air gak?” candaku ke Middi, 
dan dia pun menaggapi dengan gaya ala Ian di film 5cm.
“Air ane juga tinggal segini ki, ambil aja”
”Midi, sepertinya masalah air kita terselesaikan deh”, sambal aku nunjuk ke arah Ranu Kumbolo

Tak seperti biasa, kali ini ranu kumbolo terlihat penuh warna, penuh sesak oleh tenda pendaki yang nge-camp di pinggir Ranu Kumbolo. Mungkin banyak yang ini merayakan ulang tahun Negeri ini di tanah tertinggi Pulau Jawa ini. Sama persis dengan keriuhan Ancol di waktu musim liburan, kurang lebih seperti itulah gambaran Ranu Kumbolo saat itu..

Keramaian di Ranu Kumbolo

Aku dan Ranu Kumbolo
Lelah telah terusir, semangatpun telah kembali terkumpul, dan kami berlima pun bergegas turun dan mencari spot untuk mendirikan tenda, karena malam ini kami semua akan bermalam di pinggir Ranu Kumbolo. Maksud hati ingin nge-camp Rakum Utama dengan harapan dapat melihat matahari terbit dicelah antara dua bukit, tapi apa daya di sana sudah penuh sesak oleh tenda pendaki, akhirnya kami cari tempat seadanya yang penting nyaman. Dan akhirnya sekitar pukul 17.00 rombongan yang lain pun datang dan langsung bergabung.

disini kami bermalam
Malam ini Ranu kumbolo akan menjadi tempat kita bersua dengan alam. Sebuah Danau yang cantik di ketinggian 2400 mdpl dengan sejuta pesonanya.

Dindaku sayang…..
Andai saja saat ini kau ada disisiku, Kan ku genggam tanganmu erat
sambil menatap gugusan bintang-bintang
Kita habiskan waktu duduk berdua, Bercerita tentang masa depan
Satu saat nanti jika ku harus kembali kesini (Ranu Kumbolo)
Kan ku ajak dirimu dan anak laki-laki kita
Menikmati indahnya malam hingga fajar menjelang
Mensyukuri pecahan surga di tanah Khatulistiwa

Malam bertabur bintang di Ranu Kumbolo
Pukul 20.00 kami berkumpul bersama di depan api unggun sambil bercengkrama dan bercanda, menikmati santap malam, ditemani cahaya lampu-lampu tenda yang membentuk kelompok cahaya temaram yang menenangkan. di bawah taburan gugusan bintang-bintang di tepi Ranu Kumbolo, sungguh pengalaman yang tak akan mungkin ku lupakan. Music box ku keluarkan dan sebuah lagu menemani kehangatan kami malam itu..

MAHAMERU

Mendaki melintas bukit, Berjalan letih menahan menahan berat beban
Bertahan didalam dingin, Berselimut kabut Ranu Kumbolo...

Menatap jalan setapak, Bertanya - tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat coklat susu, Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda

Bersama sahabat mencari damai, Mengasah pribadi mengukir cinta

Mahameru berikan damainya, Didalam beku Arcapada
Mahameru sebuah legenda tersisa, Puncak abadi para dewa

Masihkah terbersit asa, Anak cucuku mencumbui pasirnya
Disana nyalimu teruji, Oleh ganas cengkraman hutan rimba
Bersama sahabat mencari damai, Mengasah pribadi mengukir cinta

Mahameru berikan damainya, Didalam beku Arcapada
Mahameru sampaikan sejuk embun hati, Mahameru basahi jiwaku yang kering
Mahameru sadarkan angkuhnya manusia, Puncak abadi para dewa...

……….Bersambung………..

9 comments:

  1. mas nyaaaa, saya baca sambil nahan nangis....ngiriiii T_T

    ReplyDelete
    Replies
    1. ikuti terus yaa, masih ada lanjtannya yang lebih dramatis :')

      Delete
  2. Kak, keren banget. aku nyimak dari yang pertama. visualisasinya bikin ngiri banget, aku belum pernah muncak ><"
    Dan tulisan-tulisan miring itu, keren (y)dirimu selalu menyelipkannya disetiap episode hehe
    Malam bertabur bintang di ranukumbolo aaaaakkkkk...

    ReplyDelete
  3. dan kisah masih berlanjut sista :)))

    ReplyDelete
  4. Ki, keren deh tu foto yang "malam bertabur bintang di Ranu Kumbolo". Lu yang moto sendiri? :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. yaa iyaa lah di bela2in bawa tripod sampe kali mati tuh,,niatnya mau d bawa smpe mahameru,,eh liat medannya gak jd deh,hehe..:p
      ada rencana trip lagi gak??

      Delete
    2. Pengen sih. Cuma sebagai orang yang masih polos, gw bingung mau kemana. Haha. Ada temen sih yang ngajakin ke Semeru, cuma gw agak ngeri di bagian nanjak k puncaknya. Haha (cuman g tau mau kapannya :P)

      Delete

Alangkah lebih bijaksana untuk menyambung silaturahim dipersilahkan meninggalkan jejak berupa komentar,,,terimakasih..^_^