Monday, 31 December 2012

URBAN LEGEND #11: CLAP CLAP CLAP

CLAP CLAP CLAP
PLOK PLOK PLOK

Sepasang suami istri sedang naik gunung ketika mereka menyadari mereka tersesat. Hari mulai malam dan mereka belum menemukan jalan keluar dari hutan tersebut. Tiba-tiba mereka melihat sebuah rumah tua di tengah hutan. Merasa beruntung, merekapun mencoba memasuki rumah tersebut. 

Sepertinya rumah itu telah lama tak dihuni. Anehnya, semua perabotan di rumah kosong itu masih lengkap, hanya kondisinya mulai rusak dan berdebu. Aneh, pikir mereka. Jika pemiliknya pindah, mengapa ia tak membawa serta semua barang2nya dan membiarkannya terbengkalai seperti ini. 

Mereka menyalakan senter dan tercekat ketika melihat ke dinding. 

Di dinding yang telah berjamur itu mereka bisa melihat tulisan berwarna merah, 

“Mati! Mati! Mati!” 

Mereka berdua merasa ketakutan, namun tak ada jalan lain. Mereka harus menginap di rumah kosong ini selama semalam. Akan lebih berbahaya bagi mereka untuk tidur di luar, sebab terdapat banyak binatang buas di hutan ini. 

Merekapun menemukan sebuah kamar dan mencoba tidur.
Tiba-tiba sang istri mendengar suara dan membangunkan pacarnya. Suara itu berasal dari luas, seperti ada seseorang berjalan di luar. 

“Siapa itu?” sang pria membuka jendela dan berteriak. Namun tak jawaban.
Akan tetapi suara itu masih ada. Ada seseorang yang sedang berjalan mengelilingi rumah ini, mereka yakin akan hal itu. 

“Siapa itu?” tanya sang suami lagi, namun masih tak ada jawaban. 

“Mungkin itu seseorang yang tak bisa bicara.” Bisik sang istri. 

“Apa ada seseorang di situ?” kata sang suami yang mendapatkan ide, “Tepuk tanganmu sekali jika ‘iya’ dan tepuk tanganmu dua kali bila ‘tidak’.” 

Tiba-tiba mereka mendengar satu kali tepukan, “Plok.” 

Lelaki itu menoleh pada istrinya, “Kau benar. Ada seseorang di luar sana.”
Lalu ia bertanya lagi, “Apa kamu pemilik rumah ini?” 

“Plok plok.” 
Berarti bukan. 

Sang pria kembali bertanya, “Apa kamu laki-laki?” 
“Plok plok.” 

“Apa kau perempuan?”
“Plok plok.” 

Mereka bingung. 

“A...apa kamu manusia?” 
“Plok plok.” 

Di titik itu, mereka merasa ngeri. Sambil menelan ludah, sang suami kembali bertanya,
“Apa kamu sendirian?”
“Plok plok.” 

“Ada berapa jumlah kalian?” seru sang pria, ketakutan, “Satu tepukan untuk tiap satu orang...”
Dan hutan itu mulai ramai dengan suara tepukan, 

“PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK.”

No comments:

Post a Comment

Alangkah lebih bijaksana untuk menyambung silaturahim dipersilahkan meninggalkan jejak berupa komentar,,,terimakasih..^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sahabat EPICENTRUM