Tugas Kuliah Mata Kuliah Rekreasi Alam dan Ekowisata
Nama/NRP : Rizki Pradana/A34080057
Departemen : Proteksi Tanaman
Dosen Mata Kuliah : Eva Rachmawati,
S. Hut, M. Si
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Indonesia adalah
sebuah negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan gugusan pulaunya yang begitu
menawan, Indonesia menyuguhkan eksotisme yang tidak dapat kita jumpai di
belahan bumi lain. Dan salah satu dari ribuan pulau yang terbentang dari Sabang
sampai Merauke, yang memiliki keistimewaan tersendiri baik bagi bangsa
Indonesia dan juga bagi dunia internasional adalah pulau Bali. Sebuah pulau
yang sangat indah dan terletak diantara Pulau Jawa dan Lombok. Mayoritas
penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu yang taat. Di dunia, Bali terkenal
sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya,
khususnya bagi para wisatawan Mancanegara
Pulau Bali juga dikenal dengan
sebutan “Pulau Dewata” (God Island
atau Paradise Island). Tidak heran
jika pulau yang berada di sebagian gugusan kepulauan Sunda kecil ini mendapat
julukan sebagai Paradise Island,
karena pulau ini memang tercipta dengan sangat indahnya bahkan dunia pun lebih
mengenalnya dibandingkan dengan nama Indonesia sendiri. Bali memang senantiasa
memberikan daya magis yang berbeda setiap kali kita mengunjunginya, baik lama
ataupun sebentar waktu kunjungan kita, senyum yang mengembang senantiasa
terlihat pada saat kita mulai meninggalkan pulau dewata. sebuah kepuasan atas
keindahan surga.
Ada banyak tempat wisata di seluruh dunia tetapi Pulau
Bali dapat dikatakan telah menjadi salah satu tempat wisata yang terbaik di
Indonesia bahkan dunia. Bali dapat dikatakan sebagai kawasan wisata terbaik di
dunia karena Pulau Bali hampir memenuhi semua persyaratan yang dibutuhkan
sebagai tempat wisata dunia, hal yang sulit dipenuhi oleh kawasan wisata lain. Kuta, Sanur, Nusa Dua, Bedugul, Ubud, Sukawati, Lovina, dan lain lain merupakan beberapa
tempat wisata yang terkenal di Bali.
Sangat
banyak dewa yang dikenal oleh kepercayaan Hindu dari Dewa Brahmana, Dewa Syiwa
hingga Dewa Wisnu. Dalam ajaran
agama Hindu
Dewa Wisnu, adalah Dewa
yang bergelar sebagai shtiti (pemelihara) yang bertugas memelihara dan
melindungi segala ciptaan Brahmana. Dalam menjalankan tugasnya Dewa
Wisnu memiliki tunggangan yang sangat gagah perkasa yang juga menjadi symbol
dari bangsa Indonesia yaitu Burung Garuda
Garuda wisnu Kencana, adalah salah satu perwujudan Dewa
Wisnu yang sedang menunggangi garuda sebagai kendaraannya dan berwarna
keemasan. Perwujudan yang sangat luar biasa ini telah menginspirasi Nyoman
Nuarta, seorang dosen di ITB Bandung menuangkan idenya untuk membuat sebuah
taman budaya (culture park) dengan
sebuah patung raksasa didalamnya, patung tersebut adalah patung “Garuda Wisnu
Kencana”. Patung ini rencananya memiliki ketinggian 146 meter dan merupakan
patung tertinggi di dunia lebih tinggi dari liberty statue. Hanya saja saat ini
yg baru jadi hanyalah patung dewa Wisnu setengah badan tanpa tangan (22 meter),
patung kepala garuda, dan kedua lengan Dewa Wisnu yang masih terpisah.
Garuda
Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park memang menjadi suatu proyek yang dapat
dikatakan sangat fenomenal dan prestisius, baik dari segi jumlah biaya, ukuran,
dan nilai seni yang tinggi sehingga walaupun penyelesaian pembangunannya terasa
lambat akan tetapi telah menjadi daya tarik tersendiri yang mampu menghadirkan
pengunjung dari berbagai belahan dunia. Keberadaan GWK Cultural Park menyulap
tanah disekitar kawasan GWK yang semula perbukitan tandus, gersang dan tidak
diminati menjadi tanah yang bernilai tinggi yang sangat drastis, apalagi di
dukung dengan views yang mampu mengikat tata ruang dengan jarak pandang sampai
dengan 20 km hingga bisa memandang bandara ngurah rai.
Pada masa
perencanaan dan awal pembangunan GWK ini tentu tidaklah mudah, banyak hambatan
yang harus dihadapi. Dimulai dari kurang mampunya dalam meyakinkan seluruh atau
sebagian besar masyarakat Bali dalam perspektif spiritual. Karena pendirian
patung Dewa Wisnu yang menunggang Garuda yang terletak di selatan, di kaki Bali,
telah memantik reaksi publik di Bali. Ada yang menyebutnya pas, namun tak
sedikit yang menyatakannya tidak pantas.
Meskipun
cukup banyak pro dan kontra pada awalnya, pada saat ini keberadaan kawasan
wisata Garuda Wisnu Kencana jelas memberikan banyak dampak positif bagi
masyarakat Bali, khususnya untuk masyarakat yang berada di sekitar kawasan
wisata ini. Kehadiran para wisatawan baik lokal maupun mancanegara tentu saja
merupakan peluang usaha yang harus dimanfaatkan. Penjualan souvenir, kerajinan
khas Bali, pernak-pernik, dan segala bentuk pertunjukan kesenian merupakan
bukti bahwa masyarakat Bali masih konsisten untuk melestarikan seni dan budaya
Bali yang telah diwariskan oleh leluhur masyarakat Bali itu sendiri. Dan Garuda
Wisnu Kencana Cultural Park akan menjadi satu-satunya tempat dimana budaya,
tradisi, dan adat-istiadat yang telah berumur ratusan bahkan ribuan tahun yang
lalu dapat menyatu dengan teknologi global yang berkembang saat ini.
Tetapi lagi-lagi disisi lain karena
proyek ambisius yang akhirnya sempat terhenti di tengah jalan ini mendatangkan
dampak yang juga merugukan bagi lingkungannya baik terhadap lingkungan alam
maupun masyarakat. Apalagi dalam penggarapan proyek besar ini sangat jelas peran
serta masyarakat sangat berpengaruh vital. Masyarakat Bali yang khususnya
berada di sekitar wilayah pembangunan patung GWK ini yang paling merasakan
dampaknya karena pembangunan proyek ini belum terselesaikan secara total hingga
sekarang.
Pada
awalnya patung Garuda Wisnu Kencana ini diharapkan akan menjadi landmark dan suatu kebanggan tersendiri
bagi masyarakat Bali pada khususnya, dan bagi bangsa Indonesia pula tentunya.
Sebuah mahakarya atau masterpiece
yang kental dengan perpaduan unsur budaya dan teknologi yang akan menunjukkan
kepada dunia betapa luar biasanya Indonesia. Tetapi seiiring waktu berjalan keberadaan
Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) ini telah melenceng dari spirit awal. Setelah
sepuluh tahun lebih, yang baru berhasil diwujudkan baru patung GWK dengan kepala
dan setengah badan. Tak ada kepastian sampai kapan patung ini bisa diwujudkan.
Namun
yang justru terjadi di GWK saat ini, adalah bagaimana menjadikan setiap jengkal
tanah di kawasan itu bisa dibisniskan. Buktinya orang yang hanya berfoto saja
untuk upacara perkawinan (prewedding)
di sekitar patung dikenakan biaya yang awalny awalnya masih digratiskan untuk
kegiatan-kegiatan seperti itu. Orang tak bisa masuk secara leluasa ke ke
kawasan GWK karena telah menjadi kawasan bisnis.
Barangkali
memang sudah menjadi kebiasaan bangsa ini untuk “mengkomersilkan” segala
sesuatunya, termasuk kawasan GWK ini, tetapi yang perlu di ingat bahwa tempat
ini nantinya apabila telah selesai secara total akan menjadi satu icon yang luar biasa bagi Indonesia dan
Pulau juga tentunya, apabila kebiasaan “komersil” seperti ini masih ada di
dalam masyarakat, tak heran jika suatu saat nanti justru tak akan ada lagi
wisatawan yang akan melirik mahakarya ini meskipun sudah selesai berdiri.
Begitulah
dinamika yang hampir selalu terjadi dalam pembangunan atau pengembangan kawasan
wisata, untung dan rugi selalu berdampingan, dampak positif dan negatif selau
berjalan beriringan. Memang di salah satu sisi rencana pengembangan kawasan “Garuda
Wisnu Kencana Cultural Park” ini sangatlah prestisius dan luar biasa karena
nantinya jelas akan menjadi salah satu icon
tersendiri bagi Pulau Bali pada
khususnya, dan dengan berdirinya Garuda Wisnu Kencana jelas akan mendatangkan
keuntungan baik secara ekonomi tentunya bagi lingkungan di sekitarnya.
Tetapi
disamping hal tersebut apabila megaproyek ini tidak segera dituntaskan, apapun
alasannya baik karena faktor biaya atau hambatan yang lain, hanya akan
memunculkan perasaan tidak jelas dan kekecewaan bagi masyarakat khususnya orang
Bali sendiri, karena selain perwujudan Dewa Wisnu yang sangat suci bagi
masyarakat, mungkin harapan untuk memiliki suatu landmark yang luar biasa hanya akan menjadi mimpi semata.
Dalam
kasus peneyelesaian megaproyek GWK ini tentunya peran dari segala aspek,
termasuk pemerintah pun sangatlah perlu, setidaknya ada sedikit sumbangsih bagi
terwujudnya sebuah masterpiece yang
pasti juga akan mengangkat nama Indonesia di mata dunia. Tetapi jika pemerintah
baik pusat atau daerah tetap menutup mata, maka tak heran jika nantinya keinginan
dari masyrakat Indonesia dan khususnya masyarakat Bali untuk memiliki sesuatu
yang dapat di banggakan di mata dunia hanya akan menjadi sebuah angan.
Bali itu rasanya sesuatuu bgt ya, kak :D masjid bisa sebelahan sama pura. Sayang tahun kemarin ke Bali g sempat mampir ke GWK. Mudah-mudahan segera diselesaikan pembangunannya karena potensinya besar bgt :)kalo tentang 'dikomersilkan' ya itung-itung duitnya buat biaya nyapu kak Rizki, kan capek. hehehe *ngaco
ReplyDeleteini tulisan aku tugas kuliah sist,hehe..:p
Deletedulu pembangunannya terhenti krn krismon..
ReplyDeletebulan agustus 2013 sudah resmi dimulai lg proyeknya..
oh ya mas penulis, di Hindu tidak ada "Dewa Brahmana", cb cek lg referensinya. Apa lg ini tugas akhir kn?